KENDAL, Beritategas.com – Kabupaten Kendal dikenal sebagai salah satu penghasil kopi utama dengan wilayah pertanian yang tersebar di Kecamatan Limbangan, Boja, Singorojo, Patean, Sukorejo, Plantungan, dan Pageruyung.
Selama beberapa bulan terakhir, harga kopi melonjak hingga Rp. 80.000 per kilogram, membuat petani kopi di Kendal bersuka cita. Namun, kebahagiaan itu hanya sementara, karena harga kopi kembali turun menjadi Rp. 60.000 per kilogram dalam beberapa hari terakhir, mengejutkan banyak petani, Sabtu (02/08/2024)
Widodo, seorang petani kopi dan penggerak kopi yang juga ketua kelompok tani “Mlati Makmur”, mengungkapkan perasaannya terhadap fluktuasi harga tersebut.
“Harga yang mencapai Rp. 80.000 per kilogram benar-benar mengejutkan kami, para petani kopi. Kami sangat senang, seolah-olah doa kami terkabul,” katanya. Sebelumnya, harga tertinggi yang pernah dicapai hanya sekitar Rp. 35.000 per kilogram.
Menurut Widodo, penurunan harga saat ini hingga Rp. 60.000 per kilogram adalah hal yang wajar selama musim panen raya.
“Sejak dulu, harga kopi selalu turun saat panen raya. Tapi tidak masalah, karena harga ini masih dua kali lipat dari tahun lalu. Kami sudah siap menghadapi penurunan harga ini,” tambahnya.
Supari, seorang petani kopi sekaligus Kepala Desa Plososari, juga merasa kaget dengan fluktuasi harga ini. “Penebas kopi yang paling pusing dengan situasi ini. Mereka mengira harga akan bertahan di Rp. 80.000 per kilogram, tapi ternyata harga turun menjadi Rp. 60.000 per kilogram. Saya sendiri punya lahan yang dijual ke penebas dan sekarang belum dibayar. Tidak tahu nanti akan jadi dibayar atau tidak,” ujarnya sambil tertawa.
Wiyono, petani kopi asal Desa Getas, Kecamatan Singorojo, mengaku senang dengan harga kopi yang sempat mencapai Rp. 80.000 per kilogram dan merasa biasa saja ketika harga turun menjadi Rp. 60.000 per kilogram.
“Harga kopi turun saat musim panen adalah hal yang biasa. Tapi, alhamdulillah, meski turun, harga tetap dua kali lipat dari musim lalu. Semoga tidak turun lagi,” harapnya.
Mahfud, Sekretaris Desa Gedong dan penasehat kelompok tani Gedong Kopi, menjelaskan bahwa penurunan harga disebabkan oleh penurunan kualitas produk.
“Harga kopi robusta di bursa London sempat mencapai US $4.5 per kilogram pada April 2024 karena permintaan meningkat. Namun, pada Mei 2024, harga turun menjadi US $3.5 per kilogram. Menurut saya, harga Rp. 60.000 hingga Rp. 70.000 sudah sangat menguntungkan petani jika kualitas produk dijaga,” jelasnya.
Kusnan, petani kopi dari Desa Tamanrejo, Kecamatan Sukorejo, meyakini bahwa penurunan harga disebabkan oleh kualitas kopi yang menurun.
“Banyak petani memanen kopi yang masih hijau karena takut dicuri jika menunggu hingga merah. Lebih baik panen saat sudah tua, meski belum merah, agar aman,” kata Kusnan yang juga memiliki merek Kopi Jalen.
Pewarta : Pujiono
Editor : Firman