Amanah Seorang Hamba Dalam Menempuh Kehidupan Dunia

JAMBI, Beritategas.com – Hidup ini tidak lain adalah sebuah safari atau perjalanan panjang dalam melaksanakan amanah dari Allah. Amanah adalah perintah dari Allah yang harus ditunaikan dengan benar dan disampaikan kepada ahlinya.

Di balik menunaikan amanah, terkadang ada bunga-bunga yang mengiringinya, harta yang menggiurkan, wanita yang menggoda. Sehingga orang yang beriman harus senantiasa menguatkan taqarrub illallah dan istianah billah.

Bacaan Lainnya

Amanah itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Barangsiapa yang menunaikan amanah sekecil apapun, niscaya akan dilihat Allah. Dan barangsiapa yang melalaikan amanah sekecil apapun, niscaya akan dilihat oleh Allah.

Bagaimana tentang amanah itu, ayo kita ikut penjelasan ustadz Sadah Husen, S.Sy berikut ini.

Puji dan syukur marilah kita sama-sama panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Alhamdulillah, berkat limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, kita masih dipertemukan dengan ustadz Sadam Husen, Jumat (16/02/2024)/ 6 Sya’ban 1445 H serta kita mendapatkan nikmat iman dan nikmat Islam.

Kita masih mendapatkan nikmat sehat, nikmat panjang umur, dan nikmat kekuatan. Sehingga hati kita masih terpanggil menuruti perintah Allah, dan duduk bersimpuh di tempat yang Insya Allah penuh berkah ini.

Tidak sedikit saudara-saudara kita yang secara fisik terlihat sehat, namun kakinya tidak kuat melangkahkan menuju masjid. Mudah-mudahan mereka segera mendapatkan taufik dan hidayah. Dan kita yang sudah mendapatkannya, semoga senantiasa dipelihara oleh Allah dan diberi keistiqomahan hingga penghujung usia. Aamiin ya Allah.

Shalawat dan salam, semoga tercurahkan kepada pemimpin dan suri tauladan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dengan perjuangan beliau, cahaya Islam ini sampai kepada kita, sehingga kita terbebas dari kejahilan dan kehinaan. Dan semoga shalawat serta salam, juga tercurahkan kepada keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Pada kesempatan ini, tidak lupa ust Sadam Husein berwasiat kepada pembaca Beritategas.com, agar selalu meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita. Karena iman dan taqwa adalah sebaik-baik bekal untuk menuju kehidupan hakiki di akhirat kelak.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Bahwasanya, akibat melalaikan amanah adalah jalan menuju kegagalan dan kehancuran. Sebagaimana firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 27).

Ayat di atas mengaitkan orang-orang beriman dengan amanah atau larangan berkhianat. Di antara indikator keimanan seseorang adalah, sejauh mana dia mampu melaksanakan amanah. Demikian pula sebaliknya, bahwa ciri khas orang munafik adalah khianat dan melalaikan amanah-amanahnya.

Amanah dari satu sisi dapat diartikan dengan tugas. Dan dari sisi lain diartikan kredibilitas dalam menunaikan tugas. Sehingga, amanah sering dihubungkan dengan kekuatan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS. Al-Qhashash: 26).

Oleh karena itu mari menguatkan keimanan dan ruhiyah kita. Menguatkan ilmu dan tsaqofah kita. Serta menguatkan fisik dan segala sarana yang dapat digunakan untuk memikul amanah.

Bapak ibu pembaca Beritategas.com yang berbahagia,
Hidup ini tidak lain adalah sebuah safari atau perjalanan panjang dalam melaksanakan amanah dari Allah. Dalam kehidupan seorang manusia, dibatasi oleh empat dimensi:
Pertama, bumi tempat beramal.
Kedua, waktu atau umur sebagai sebuah kesempatan beramal.
Ketiga, nilai Islam yang menjadi landasan beramal.
Dan keempat, potensi diri sebagai modal beramal.

Karenanya bapak/ibu sekalian, orang yang bijak adalah orang yang senantiasa mengukur keterbatasan-keterbatasan dirinya untuk sebuah produktivitas yang tinggi dan hasil yang membahagiakan.
Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang senantiasa sadar bahwa detik-detik kehidupannya adalah karya dan amal shalih. Kehidupannya di dunia sangat terbatas, sehingga tidak akan disia-siakannya untuk hal-hal yang sepele, remeh, apalagi perbuatan yang dibenci dan haram.

Amanah pertama yang harus dilakukan adalah, Amanah Fitrah manusia, yang mana makhluk lain enggan dan menolak menerimanya. Ia adalah amanah hidayah, ma’rifah, dan iman kepada Allah atas dasar niat, kemauan, usaha dan orientasi.

Amanah berikutnya adalah Amanah Syahadah (kesaksian). Pertama berupa kesaksian diri agar menjadi cermin bagi agamanya. Kedua berupa kesaksian dakwah agar menyampaikan agama kepada manusia. Ketiga berupa kesaksian agar menerapkan syariah Islam di bumi Allah.

Jika kita melaksanakannya dengan benar, maka kitalah orang yang sukses. Jika kita melaksanakannya hanya sebagian atau melalaikan semuanya, maka kami sampaikan firman Allah Ta’ala:
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mu’minun: 115).

Dan amanah itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Pertanyaan akan ditujukan atas amanah yang dibebankan kepada kita. Barangsiapa yang menunaikan amanah sekecil apapun, niscaya akan dilihat Allah. Dan barangsiapa yang melalaikan amanah sekecil apapun, niscaya akan dilihat oleh Allah.

Manusia tidak akan dapat lari dari tanggung jawab itu. Karena tempat yang ditinggali adalah bumi Allah. Umur yang dimiliki adalah ketentuan Allah. Potensi yang ada adalah anugerah Allah. Dan nilai Islam adalah tolak ukur dari pelaksanaan amanah tersebut. Kemudian mereka akan datang menghadap Allah.

Oleh karena itu, sekecil apapun amanah yang dilaksanakan akan memiliki dampak positif berupa kebaikan. Dan sekecil apapun amanah yang disia-siakan, niscaya memiliki dampak negatif berupa keburukan. Dampak itu bukan hanya mengenai dirinya, tetapi juga mengenai umat manusia secara umum.

Seorang mukmin yang bekerja mencari nafkah dengan cara yang halal dan baik, akan memberikan dampak positif berupa ketenangan jiwa dan kebahagiaan bagi keluarganya.

Apalagi bila dia mampu memberi sedekah dan infak kepada yang membutuhkan. Sebaliknya, seorang yang menganggur dan malas akan menimbulkan dampak negatif berupa keburukan, terlantarnya keluarga, kekisruhan, keributan, dan beban bagi orang lain.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Perjalanan dakwah telah menorehkan pengalaman betapa kesalahan dalam melaksanakan amanah mengakibatkan kerugian dan musibah. Pada saat perang Uhud, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan satu pasukan pemanah untuk tetap berjaga di Bukit Uhud dan tidak meninggalkan pos itu.
Tetapi, ketika tentara Islam sudah diambang kemenangan, dan sebagian yang lain bersorak sambil memunguti rampasan perang, pasukan pemanah tergoda dan ikut-ikutan mengambil rampasan perang itu. Akhirnya, pasukan kafir berhasil memukul mundur pasukan umat Islam, dan rampasan perang diambil dari tangan mereka.

Oleh karena itu, waspadalah terhadap harta, wanita dan kekuasaan! Itu semua hanya sarana untuk melaksanakan amanah dan jangan sampai menimbulkan fitnah yang berakibat pada melalaikan amanah.
Di balik menunaikan amanah, terkadang ada bunga-bunga yang mengiringinya, harta yang menggiurkan, wanita yang menggoda. Sehingga orang yang beriman harus senantiasa menguatkan taqarrub illallah dan istianah billah.

Amanah adalah perintah dari Allah yang harus ditunaikan dengan benar dan disampaikan kepada ahlinya. Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisaa’: 58).

Amanah yang paling tinggi adalah amanah untuk berbuat adil dalam menetapkan hukum pada kepemimpinan umat Islam. Pahala yang paling tinggi adalah pahala dalam melaksanakan keadilan sebagai pemimpin umat Islam.

Sebaliknya, bahaya yang paling tinggi adalah bahaya melakukan kedholiman pada saat memimpin umat Islam. Kedholiman pemimpin akan menimbulkan kehancuran dan kerusakan total dalam sebuah bangsa. Maka, kedholiman pemimpin merupakan sikap menyia-nyiakan amanah yang paling tinggi.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Hidup adalah pilihan, pilihan melaksanakan amanah adalah konsekuensi sebagai manusia, konsekuensi sebagai muslim, dan konsekuensi sebagai dai. Oleh karenanya, sandaran yang paling baik adalah Allah. Maka kuatkan hubungan dengan Allah dan tingkatkan ukhuwah Islamiyah, niscaya kita akan sukses melaksanakan amanah itu, sebesar apapun.

Marilah kita melaksanakan amanah yang diberikan Allah kepada kita dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Marilah kita melaksanakan amanah yang dibebankan kepada kita dengan penuh kesabaran dan lapang dada. Marilah kita melaksanakan amanah umat dengan penuh keseriusan dan tanggung jawab.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ya Allah, kuatkanlah Kami dan berilah taufik-Mu kepada Kami agar kami bisa memegang teguh agama-Mu, syari’at-Mu dan Sunnah Nabi Muhammad. Dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang disebutkan dalam sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Senantiasa akan ada sekelompok dari umatku membela kebenaran, tidaklah mencelakakan mereka orang-orang yang memusuhi dan menyelisihi mereka, senantiasa mereka akan tetap tegar hingga datangnya hari kiamat.” Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

Pewarta : A.Erolflin
Editor: Firman

Ikuti Kami di :banner 300x250
banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.