Proses Kreatif Film dan Kewirausahaan
JAMBI, Beritategas.com – Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi (SESA) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jambi (UNJA) mengadakan kuliah umum dengan tema “Proses Kreatif Film sebagai Modal Daya Kewirausahaan Berbasis Budaya”, yang dilanjutkan dengan pemutaran film “Mahendraparvata” dan diskusi tentang proses kreatif pembuatan film, kegiatan berlangsung di Aula Jurusan SESA FKIP UNJA Mendalo pada Senin awal pekan lalu.
SESA menghadirkan narasumber utama dari Pendiri Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) serta Jurnalis Majalah Tempo, Seno Joko Suyono. Acara dihadiri oleh Ketua Jurusan SESA, Dr. Dra. Irma Suryani, M.Pd peserta adalah mahasiswa dari jurusan SESA.
Ketua Jurusan SESA, Dr. Dra. Irma Suryani, M.Pd., dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara BWCF, yang diharapkan dapat memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa, khususnya yang berminat dalam bidang film.
“Ini adalah kesempatan besar bagi mahasiswa untuk belajar tentang film, yang bisa menjadi bekal terutama bagi mereka yang berbakat. Semoga dapat mengembangkan potensi mereka dalam dunia film,” ujar Dr. Irma Suryani.
Acara dilanjutkan dengan pemberian cinderamata kepada Seno Joko Suyono yang merupakan Pendiri BWCF dan Jurnalis Majalah Tempo, hadir sebagai narasumber utama.
Seno Joko Suyono mengungkapkan ketertarikannya untuk berbagi pengalaman di UNJA terkait dengan kombinasi program studi sejarah, seni, dan arkeologi yang ada di Universitas Jambi.
“Saya tertarik ke sini karena di UNJA ada gabungan program studi sejarah, seni, dan arkeologi, yang menurut saya sangat jarang ditemukan di Universitas lain, arkeologi dan seni pertunjukan, seperti tari, memiliki hubungan yang erat sekali, saya melihat potensi besar di sini,” kata Seno Joko Suyono.
Ia juga memperkenalkan film “Mahendraparvata”, yang merupakan sebuah “dance film” yang menggabungkan unsur tari dan arkeologi.
“Film ini bukan sekadar film biasa, ia mengisahkan tentang perpisahan, pencarian, dan pertemuan kembali, yang dikemas dalam bentuk hubungan antara tari dan arkeologi, dengan latar belakang lokasi di Kamboja dan Borobudur,” tambah Seno Joko Suyono.
Menurutnya lagi film ini bertujuan untuk menggali hubungan antara budaya, seni, dan sejarah, serta memperlihatkan bagaimana unsur-unsur budaya lokal dapat dijadikan modal kewirausahaan, setelah pemutaran film, ia melanjutkan sesi diskusi yang berlangsung santai. Ia mengungkapkan bahwa kajian tentang hubungan antara seni pertunjukan dan arkeologi semakin berkembang.
“Sudah banyak buku-buku yang membahas tentang hubungan antara teater dan arkeologi, atau tari dan arkeologi. Ini menunjukkan betapa pentingnya memahami kedekatan antara seni dan sejarah dalam menciptakan karya yang bernilai,” ungkapnya.
Acara ditutup dengan sesi foto bersama sebagai kenang-kenangan, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan motivasi bagi mahasiswa SESA untuk mengembangkan potensi mereka, tidak hanya dalam bidang seni dan film, tetapi juga dalam menciptakan karya-karya yang berlandaskan budaya dan sejarah, yang dapat menjadi modal kewirausahaan berbasis budaya di masa depan.
Kunjungi : www.unja.ac.id.
Pewarta: A.Erolflin
Editor: Firman