PALEMBANG, Beritategas.com – Dalam rangka ikut melestarikan budaya bangsa, Ravinda-Pro bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), akan mengadakan Gelar Seni Budaya Nusantara yang dikemas dalam “Festival Celeng Srenggi”.
Hal itu dikatakan Sulaiman, Ketua Pelaksana kegiatan melalui press reelase-nya.
Sabtu (4/2/2023)
Sulaiman mengatakan, acara ini akan digelar pada Hari Sabtu dan Minggu Tanggal 18 dan 19 Februari 2023, Pukul 08.30 – 16.30 WIB Graha Budaya Jakabaring Palembang Jalan Seniman Amir Yahya, Jakabaring, 22 ilir Palembang.
Dijelaskannya, sejumlah lembaga lain yang juga turut mendukung acara ini, diantaranya Pengurus Putra Jawa Kelahiran Sumatera (Pujakesuma) dan Pengurus Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kabupaten Banyuasin yang bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Kabupaten (Pemkab) Banyuasin.
Pada pembukaan dan penutupan masih Kata Sulaiman, akan menampilkan Seni Tari Kuda Lumping dan Seni Tari Rampak Barong.
Kuda Lumping menurut sejumlah sumber disebutkan, suatu jenis tarian yang sangat terkenal di Jawa. Tarian Kuda Lumping, menggunakan kuda yang terbuat dari bambu atau bahan lainnya yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda.
Dalam rumbai kuda itu, dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang, sehingga pada masyarakat jawa sering disebut sebagai jaran kepang.
Asal muasal tarian kuda lumping
Dilansir asalmuasal.com, dibalik maknanya yang menerangkan sifat manusia, berdasarkan sejarahnya tarian ini mempunyai asal muasal yang masih belum diketahui dengan pasti.
Dilansir dari selasar.com, tarian kuda lumping mempunyai cerita banyak versi yang beredar di masyarakat. Dari sekian banyaknya versi tersebut, 5 diantaranya merupakan yang paling populer.
Versi Pertama; berdasarkan versi ini ada yang menyebutkan, tarian kuda lumping sudah ada sejak zaman purba. Dimana waktu masa itu tarian tersebut digunakan dalam upacara adat atau ritual-ritual yang bersifat magis.
Versi kedua; mengatakan tarian tersebut merupakan salah satu bentuk apresiasi dari rakyat untuk perjuangan dari Pangeran Diponegoro beserta pasukan kudanya yang berperang melawan dan mengusir penjajah.
Versi ketiga; dikatakan bahwa asal mula tarian kuda lumping ini merupakan gambaran atas perjuangan Raden Patah beserta dengan Sunan Kalijaga dan pasukannya yang kala itu mengusir penjajah dari Nusantara.
Versi keempat; menyebutkan tarian kuda lumping berdasarkan dari penggambaran proses latihan pasukan perang Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono I dalam menghadapi Belanda.
Versi kelima; agak berbeda dengan versi sebelumnya. Di versi ini dikatakan bahwa tarian kuda lumping berasal dari cerita tentang seorang raja dari tanah Jawa yang sangat sakti.
“Namun, apapun versinya, kuda lumping termasuk kesenian dari Indonesia yang sudah berada sejak zaman dahulu,” tegas Sulaiman.
Tari Rampak Barong
Di beberapa sumber menyebutkan, Tari Rampak Barong, merupakan tarian yang berasal dari Jawa Timur dan telah meluas ke penjuru Jawa Timur dan luar Jawa Timur, dengan gaya khas yang berbeda tiap daerah. Termasuk di Sumsel.
Secara mendasar Tari Barong merupakan tarian yang juga menggunakan topeng. Namun topeng yang digunakan topeng Barong. Tarian ini dilakukan secara berkelompok sehingga membutuhkan kekompakkan untuk keselarasan gerak dalam pementasannya. Maka secara tidak langsung, untuk melakukan tarian ini dibutuhkan gotong-royong gerak dalam melakukannya.
Melalui tema “Dengan pagelaran seni budaya nusantara, kita bangkitkan dan kembangkan semangat masyarakat Ber-Adat dan Berbudaya” ini.
Sulaiman menjelaskan, tujuan acara ini, untuk memotivasi pembentukan sikap terhadap adat dan seni budaya, khususnya di Sumsel.
Bagi para pegiat seni, Sulaiman menjelaskan acara ini sekaligus untuk mengembangkan semangat dalam pengembangan kesenian tradisi.
“Satu hal terpenting, kegiatan seni tradisional ini sebagai benteng atau filter arus globalisasi budaya asing yang masuk ke negeri kita,” tegasnya.
Harapannya, melalui even ini adat budaya dapat lebih dikembangkan dengan baik dan menjadi ruh dalam tatanan bermasyarakat.
“Secara sederhana, pagelaran seni budaya nusantara menjadi sebuah kegiatan menunjukkan eksistensi seni budaya tradisional.
Sulaiman juga menjelaskan, kegiatan ini merupakan ajang untuk menunjukkan kemampuan dalam mengembangkan dan memajukan seni budaya terutama seni yang berbasis nusantara.
“Selain itu dengan kegiatan ini, kita belajar untuk menghargai jasa para pelaku seni dan pecinta budaya asli bangsa Indonesia sebagai aset kebudayaan nasional yang bernilai luhur,” tambahnya.(R).
Pewarta : Dedi
Editor : Firman