JAMBI – Beritategas.com – Di dalam diri setiap Muslim beriman, pasti ada kerinduan pada Baitullah, kerinduan untuk berjumpa dengan Baitullah, kerinduan untuk bisa menginjakkan kaki dan berada di dua tanah suci – Makkah dan Madinah, kerinduan untuk melihat Ka’bah secara langsung, kerinduan untuk dapat melaksanakan shalat di Masjid al-Haram, kerinduan untuk shalat di dekat Ka’bah, kerinduan untuk bisa shalat di Masjid Nabawi, Madinah, kerinduan untuk melaksanakan haji dan umrah.
“Seorang Muslim yang setiap kali melaksanakan shalat harus menghadap ke arah Ka’bah-Baitullah di Mekkah, tentu sangat mendambakan agar suatu saat benar-benar bisa melihat secara langsung Ka’bah- Baitullah. Melaksanakan ibadah haji/umrah tak hanya sekedar melaksanakan ibadah biasa, tapi juga sekaligus napak tilas dan wisata religi kehidupan nabi pada zaman dahulu”, ujar Hj Andi Najemi kepada Beritategas.com, Sabtu (25/02/2023).
Menurut Andi, Makkah al Mukarramah adalah negeri Allah yang suci, tempat turunnya wahyu ilahi, sumber risalah, tempat paling suci yang ada di muka bumi ini, kota yang paling dicintai oleh Allah ta’ala dan RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah memilihnya untuk menjadi lokasi rumahNya yang suci, dan tempat tinggal untuk NabiNya Ismail ‘alaihissalam, dan tempat kelahiran Penutup para Nabi: Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Makkah adalah kiblat kaum muslimin, tempat berpautnya hati mereka, tujuan haji, Allah mengkhususkan Makkah dengan kemuliaan dariNya di dalam Al Qur’an, dan Dia menjadikannya kota suci yang aman sampai Hari Pembalasan.
Jika suatu saat ada saudara muslim kita, atau tetangga kita, atau keluarga kita yang pulang dari menunaikan ibadah haji, lalu menceritakan kepada kita tentang keagungan Baitullah, tentang keindahan masjid al-Haram di Makkah dan Madinah, tentang kenikmatan kenikmatan melaksanakan haji dan umrah, maka semakin bertambah keinginan kita untuk beribadah di Baitullah. Banyak sekali tempat suci dan religius yang dapat dikunjungi di dua kota suci Makkah dan Madinah.
Kerinduan pada Baitullah, tidak hanya dirasakan oleh setiap Muslim beriman yang belum menunaikan ibadah haji saja, bahkan terutama lebih dirasakan lagi oleh mereka yang telah menunaikan ibadah haji.
Setiap Muslim yang berhaji, tentu berkeinginan agar bisa memuaskan hati mereka dengan memperbanyak ibadah shalat lima waktu berjamaah di Masjid al-Haram, ingin lebih sering berada di Masjid al-Haram.
Ingin mendapatkan tempat yang leluasa setiap kali beribadah di Masjid terutama di dekat Baitullah. Namun demikian, keinginan seperti itu, sulit dipenuhi pada saat menunaikan ibadah haji, terutama pada musim haji tahun-tahun belakangan ini, ketika semakin banyak kaum Muslim menunaikan ibadah haji, sehingga membuat Masjid al-Haram semakin padat, Baitullah semakin padat.
Apalagi bagi kaum Muslim Indonesia yang melaksanakan ibadah haji, kebanyakan bertempat tinggal cukup jauh dari Masjid al-Haram, sehingga cukup sulit untuk bisa mendatangi Masjid al- Haram, pada setiap waktu shalat wajib. Sebagian jamaah memilih bertahan di Baitullah.
Setelah selesai sholat subuh, mereka kembali ke hotel. Shalat dzuhur sebagian jamaah memilih di dekat hotel, kemudian shalat Ashar, magrib, Isya berjamaah di al-Haram.
Dan jika hendak melaksanakan ibadah haji lagi, sedemikian panjangnya daftar tunggu bagi para calon haji, begitu lamanya waktu menanti untuk mendapatkan kesempatan berhaji.
Ada suatu kesedihan di hati, Kuota sementara untuk Provinsi Jambi pada musim haji 2023 berjumlah 2.887 jamaah.
Adanya kenaikan ONH yang cukup tinggi tentunya akan ada calon jamaah haji yang mengundurkan diri, pada hal telah mendaftar beberapa tahun yang lalu.
Kerinduan terhadap Baitullah selalu ada di hati kaum Muslim. Perhatikanlah, yang dilakukan oleh kebanyakan kaum Muslim ketika mereka telah selesai melakukan thawaf wada’ atau tawaf perpisahan.
Di saat mereka hendak meninggalkan Baitullah, mereka berjalan sambil mundur, meskipun cara yang demikian itu tidak dianjurkan oleh Rasulullah Saw.
Boleh jadi apa yang dilakukan itu, menunjukkan betapa beratnya mereka harus berpisah dengan Baitullah. Betapa inginnya mereka lebih lama lagi berada di Baitullah.
Seakan kerinduan sebagai seorang Muslim untuk berjumpa dengan Baitullah belum sepenuhnya terobati hanya dengan beberapa puluh hari berada di dekat Baitullah, hanya dengan beberapa puluh hari berada di Makkah dan Madina Sungguh, mereka masih ingin lebih lama lagi.
Tapi apa hendak dikata. Saat menunaikan ibadah haji telah selesai. Mereka harus segera pulang ke negara masing-masing. Mereka harus berpisah dengan Baitullah.
Dan setelah melakukan tawaf perpisahan di Baitullah, dipanjatkan doa, “Ya Allah, mohon kiranya, janganlah Engkau jadikan kedatanganku ke Baitullah saat ini sebagai kedatanganku yang terakhir, izinkanlah aku datang lagi untuk beribadah di Baitullah, shalat di Masjid al-Haram, izinkanlah aku datang lagi untuk shalat di Masjid Rasul-Mu Muhammad SAW.
Maka bagi mereka yang mampu secara materi, keinginan memuaskan ibadah di Masjid al-Haram, kerinduan untuk berada lagi di dekat Baitullah, kerinduan untuk bisa kembali memandang Ka’bah yang agung dan menakjubkan, kerinduan untuk berjumpa Rasulullah Saw di Madinah al- Munawwarah, agar bisa shalat lagi di Masjid Nabi, diwujudkan dengan jalan menunaikan ibadah Umrah di luar bulan-bulan haji.
Dari beberapa referensi yang ada menyebutkan, Rasulullah SAW sangat mencintai Makkah, sangat mencintai Baitullah. Dan ketika beliau berada jauh dari Makkah, beliau pun sangat merindukan Makkah yang sangat dicintainya itu.
Beliau hijrah (berpindah) ke Madinah bersama kaum muslimin. Beliau harus meninggalkan Makkah dan pindah ke Madinah, karena orang-orang kafir di Mekah memusuhi beliau.
Semoga apa yang telah dikemukan kehadapan pembaca Beritategas.com dapat menjadi pendorong bagi anda untuk bisa pergi ke kota Makkah dan Madinah untuk menunaikan haji atau umrah.
Bagi yang sudah pernah berhaji dan umrah semoga bisa berkesempatan untuk hadir kembali ke Makkah agar kita bisa meraih pahala di sisi Allah SWT.
Pewarta : A. Erolflin
Editor : Fiman