Penulis:
Dewinta Aulia Savitri
Mahasiswa Semester 1 Magister Teknologi Pendidikan
Universitas Sriwijaya
Dewasa ini kurikulum memfasilitasi penuh penilaian peserta didik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik atau keterampilan peserta didik, namun pelaksanaannya sering kali masih sebagai isapan jempol belaka, pemahaman kognitif masih menjadi primadona bagi rekognisi pencapaian yang harus diraih oleh peserta didik terutama di mata orang tua dan menganggap nilai hasil ujian yang diukur secara matematis hal paling esensial dalam tumbuh kembang pendidikan anak.
Dalam dunia pendidikan, ujian matematis telah lama digunakan sebagai metode utama untuk menilai kemampuan dan pencapaian peserta didik.
Namun, seiring dengan meningkatnya pemahaman mengenai cara peserta didik belajar dan berinteraksi dengan lingkungan mereka, menjadi semakin jelas bahwa ujian matematis tidak selalu merefleksikan keterampilan sejati yang dimiliki oleh peserta didik.
Karena itu, validasi keterampilan peserta didik yaitu proses penilaian dan konfirmasi atas kemampuan yang ada menjadi semakin penting. Validasi ini memberikan sudut pandang yang lebih menyeluruh dan relevan dalam mendukung perkembangan peserta didik.
Ujian matematis, yang sering kali berbentuk pilihan ganda atau esai, dapat memberikan gambaran tentang pengetahuan teoritis peserta didik. Namun, sering kali gagal dalam menilai keterampilan praktis, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis.
Misalnya, seorang peserta didik mungkin dapat menjawab pertanyaan matematis dengan baik, tetapi belum tentu mampu menerapkan keterampilan tersebut dalam situasi kehidupan nyata, seperti kemandirian atau menyelesaikan masalah sehari-hari.
Sebaliknya, validasi keterampilan melibatkan pengamatan dan penilaian yang lebih mendalam tentang bagaimana peserta didik menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam konteks yang berbeda.
Validasi ini dapat dilakukan melalui proyek, presentasi, atau aktivitas praktis yang memungkinkan peserta didik menunjukkan kemampuan mereka secara langsung.
Dengan cara ini, orang tua dan pendidik dapat lebih memahami kekuatan dan kelemahan peserta didik, serta memberikan dukungan yang lebih tepat dan sesuai.
Setiap peserta didik memiliki potensi unik yang dapat ditunjukkan melalui beragam keterampilan. Beberapa peserta didik mungkin unggul dalam seni, sementara yang lainnya lebih mahir dalam sains atau olahraga.
Jika guru hanya bergantung pada ujian matematis standar, guru berisiko mengabaikan bakat-bakat tersebut.
Validasi keterampilan membantu dalam mengidentifikasi dan merayakan keanekaragaman ini.
Pendidikan yang baik seharusnya tidak hanya fokus pada pengembangan kemampuan akademis, tetapi juga keterampilan sosial, emosional, dan praktis. Validasi keterampilan menciptakan ruang bagi peserta didik untuk tumbuh dalam berbagai aspek kehidupan mereka.
Contohnya, keterampilan kolaborasi dalam kelompok atau kemampuan komunikasi yang efektif tidak dapat diukur melalui ujian matematis. Dengan pendekatan validasi, peserta didik didorong untuk menjelajahi dan memperkuat keterampilan mereka.
keterampilan ini, yang pada gilirannya akan mempersiapkan mereka untuk tantangan di dunia nyata.
Validasi keterampilan peserta didik juga menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran seumur hidup. Ketika peserta didik merasa dihargai atas usaha dan proses pembelajaran mereka, mereka lebih mungkin untuk terus belajar dan berkembang.
Validasi ini dapat membangun rasa percaya diri dan motivasi peserta didik, yang sering kali hilang dalam sistem yang terlalu fokus pada hasil akhir seperti nilai ujian matematis.
Sebagai contoh, peserta didik yang terlibat dalam proyek sains atau seni dapat belajar banyak tentang ketekunan, kerja keras, dan kreativitas. Mereka akan merasa lebih terhubung dengan apa yang mereka pelajari, dan ini akan membentuk sikap positif terhadap pendidikan.
Dengan demikian, validasi keterampilan tidak hanya mendukung perkembangan kognitif, tetapi juga emosional dan sosial peserta didik.
Di dunia yang terus berubah, keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses juga mengalami evolusi.
Kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan keterampilan digital menjadi semakin penting.
Ujian matematis sering kali tidak dapat mengukur kemampuan ini secara efektif. Oleh karena itu, validasi keterampilan yang lebih holistik menjadi krusial dalam menyiapkan peserta didik untuk tantangan di masa depan.
Pendidik dan orang tua perlu bersinergi untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung validasi keterampilan tersebut.
Hal ini dapat dilakukan melalui metode pembelajaran berbasis proyek, diskusi kelompok, atau kegiatan ekstrakurikuler yang menekankan pengembangan keterampilan praktis.
Dengan pendekatan ini, peserta didik akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks yang bermanfaat dan relevan.
Validasi keterampilan peserta didik bukan hanya sekadar pengganti ujian matematis, melainkan juga pendekatan yang lebih mendalam dan komprehensif dalam memahami serta mendukung perkembangan mereka.
Dengan beralih dari fokus yang sempit pada hasil ujian matematis menuju validasi yang lebih luas, guru dapat membantu peserta didik mengenali dan merayakan potensi mereka.
Ini akan mendorong mereka untuk menjadi pembelajar seumur hidup, siap menghadapi tantangan yang lebih kompleks di masa depan.
Oleh karena itu, saatnya guru mengevaluasi kembali metode penilaian terhadap peserta didik. Pendidikan yang baik seharusnya tidak hanya menekankan pengetahuan, tetapi juga mengembangkan keterampilan dan karakter peserta didik.
Validasi keterampilan harus menjadi elemen penting dalam sistem pendidikan guru, karena itu adalah kunci untuk membantu generasi mendatang tumbuh secara optimal.
Mari guru ciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan keberagaman keterampilan peserta didik guru, sehingga mereka dapat melangkah dengan percaya diri menuju masa depan yang cerah.
Editor : Firman