JAMBI, Beritategas.com – Tim penelitian dosen Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Jambi (UNJA) mengadakan konferensi pers untuk diseminasi hasil penelitian berjudul “Pengaruh Kenaikan Cukai Tembakau terhadap Perilaku Merokok pada Masyarakat di Kota Jambi,” pada Selasa, (22/10/24). Penelitian ini merupakan hasil kerja sama dengan PEBS Universitas Indonesia dan Tobacco Control Research Network (ITCRN).
Konferensi ini dibuka langsung oleh Dekan FKIK, Dr. dr. Humaryanto, SP.OT., M.Kes. dengan anggota tim peneliti yaitu Dr. Ummi Kalsum, SKM., MKM., Dr. Dwi Noerjoedianto, SKM., M.Kes., M. Ridwan, SKM., MPH., dan Dr. dr. H. Maulana, MKM.
Dalam sambutannya, Dr. Humaryanto menekankan pentingnya penelitian ini dalam konteks upaya pengendalian rokok.
“Meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai program, seperti Pictorial Health Warning (PHW) dan kenaikan cukai, kita perlu menyadari bahwa budaya merokok di masyarakat masih sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perilaku merokok di Kota Jambi,” ujar Dr. Humaryanto.
Dr. Ummi Kalsum, SKM., MKM., salah satu anggota tim peneliti, juga menjelaskan tujuan dari konferensi pers ini.
“Kami ingin mensosialisasikan hasil penelitian ini kepada masyarakat agar informasi yang kami dapat bisa menjangkau audiens yang lebih luas. Dengan demikian, diharapkan masyarakat akan lebih sadar akan bahaya merokok,” kata Dr. Ummi kalsum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18% perokok di Jambi termasuk dalam kategori merokok berat atau sangat berat, dengan 93,7% merokok setiap hari. Meskipun kenaikan cukai rokok diharapkan dapat menurunkan jumlah perokok, hanya 2,2% dari responden yang berniat berhenti merokok jika harga naik 50%, dan 7,4% jika harga naik 100%.
Penelitian juga menemukan bahwa 65% perokok menggunakan 10-20% dari pendapatannya untuk membeli rokok. Selain itu, 70,8% perokok merasa bahwa harga rokok masih terjangkau, sedangkan 50% menyatakan bahwa kenaikan harga rokok cukup mempengaruhi konsumsi dan perilaku merokok mereka.
Dari data yang diperoleh, 59,3% perokok pernah berhenti merokok, dan 35,4% pernah mencoba upaya berhenti merokok. Dari yang berhenti, 65,9% beralih ke permen, dan 8,9% mengikuti terapi berhenti di fasilitas kesehatan.
Alasan utama perokok berhenti adalah kesadaran diri (28,2%), diikuti alasan kesehatan (12,9%) dan komitmen (7,1%). Sementara itu, pergaulan menjadi alasan utama bagi mereka yang masih merokok.
Dengan diseminasi hasil penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya merokok serta pentingnya kebijakan pengendalian tembakau yang lebih efektif.
Kunjungi : www.unja.ac.id.
Pewarta: A.Erolflin
Editor: Firman