JAMBI, Beritategas.com – Sifat memaafkan orang lain banyak keutamaannya. Sebab memaafkan merupakan sifat terpuji dan bagian dari akhlak mulia yang telah diperintahkan oleh Allah Shubhanahu wa Ta’alla pada para nabi serta hamba -Nya. Dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling pemaaf dan berlapang dada. Sifat pemaaf ini juga merupakan salah satu sifat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Kita baru saja berhari raya Idul Fitri. Yang membedakan hari raya Idul Fitri adalah adanya saling memaafkan.
Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 199, yang artinya “Jadilah engkau (Muhammad) pemaaf dan suruhlah orang-orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh”.
Ayat ini mencakup akhlak mulia yang patut dilakukan terhadap orang lain dan bagaimana bergaul dengan mereka. Jadilah engkau wahai nabi Muhammad dan juga umatmu orang yang pemaaf.
Akhlah tersebut yakni bersikap samahah (toleransi) atau memaafkan kesalahan orang lain dan tidak membesar-besarkannya, berterima kasih terhadap perkataan dan perbuatan baik orang lain, memaafkan kekurangan mereka dan menundukkan pandangannya dari melihat kekurangannya, tidak bersikap sombong terhadap anak kecil karena usianya, tidak bersikap sombong kepada orang yang kurang akal karena kelemahannya, demikian pula tidak bersikap sombong kepada orang miskin karena kefakirannya, bahkan ia bergaul dengan mereka menggunakan kelembutan dan dengan sikap yang sesuai keadaan dan sesuai hal yang menyenangkan hati mereka.
Hal ini disampaikan ustazd Hendri Mansur di hadapan jamaah Masjid Baitul Makmur Jambi Luar Kota, pada kegiatan kajian subuh, Minggu (21/05/2023).
Sabda Rasulullah SAW “Hidup di dunia paling mulia adalah menjadi orang baik dalam bergaul. Yakni, menjadi pribadi yang suka berbuat kebaikan, memaafkan dan mengajak kepada kebenaran” kata Hendri. Lebih lanjut disebutkan, bahwa dibukanya pintu sorga itu pada hari Senin dan Kamis, pada hari itu diampuni segala dosa-dosa hambanya selama ia tidak mempersekutukan Allah. Orang yang dalam hatinya tidak ada rasa permusuhan.
Nabi Muhammad menyerukan dalam hadisnya sohih, diriwayatkan oleh Muslim,”Tundalah pengampunan kepada keduanya sampai ia berdamai, saling bermaaf-maafkan. Baik itu orang tua dengan anak atau sebaliknya, tetangga, saudara, suami istri. Jadilah kaum pemaaf, kita yang aktiif, memilih dan mengambil. Ambil sikap memaafkan, jangan lakukan membalas. Ini perintah Allah. Memaafkan adalah sikap tidak membalas. Ambil sikap memaafkan dalam kehidupan sehari hari. Jangan simpan beban dendam dalam hati, ingat perbuatannya terbaik yang pernah ada pada kita.
Pada surat Asy-Syura Ayat 40 “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim. Biarlah menjadi tanggungan Allah.
Jangan ada dendam dalam hati, ada kisah sahabat nabi yang menjadi ahli surga, hanya karena setiap malam sebelum tidur telah meaafkan kesalahan orang lain. Semoga Allah menjadikan kita orang orang pemaaf. Saudaraku. sebagai umat muslim kita harus gemar menjaga silaturahmi dengan cara memaafkan.
Sebagai seorang insan manusia tentunya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kesalahan, karenanya terlibih dahulu memaafkan kesalahan orang lain sebelum ia meminta maaf adalah contok akhlak mulia.
“Jangan ada rasa dendam terhadap teman, saudara, teman sejawat bahkan terhadap masyarakat, kalau mereka melakukan kealfaan atau menyakitkan perasaan, hilangkanlah dalam hati perasaan marah. Balaslah perbuatan orang lain dengan akhlak yang baik, maka dia akan merasa malu sendiri, Insya Allah kita akan merasa tenteram dan bahagia baik dunia maupun akhirat,” jelas Hendri.
Pewarta : A. Erolflin
Editor : Firman
