Ditanggapi oleh Ki Darmaningtyas bahwa kurikulum merdeka tidak selalu cocok dengan wilayah Indonesia yang beragam secara geografis dan sosio kulturnya, seharusnya ini juga menjadi pertimbangan kemendikbud ristek, yang kurikulum ini tidak menjawab persoalan esensial yg tengah dihadapi oleh pendidikan Indonesia yaitu kurangnya guru PNS, dengan analogi sakit perut yang diobati dengan obat sakit kepala.
Nur Rizal, pendiri gerakan sosial Sekolah Menyenangkan, juga sepakat bahwa prinsipnya esensi sebuah pembelajaran bermakna itu didasari oleh kemampuan guru untuk menginspirasi peserta didik untuk memiliki softskill yang dibutuhkan dalam kehidupannya setidaknya seperti percayaan diri dan berimajinasi bukan pada kurikulumnya, sehingga yang lebih esensial adalah pelatihan pengembangan SDM guru agar mampu membelajarkan siswa dengan lebih bermakna dan memiliki kemampuan tersebut.
Sekolah penggerak semakin menguatkan kastanisasi pendidikan yang seharusnya tidak terjadi karena seharusnya semua sekolah adalah sekolah penggerak, apalagi berkaitan dengan anggaran pendidikan.
Kepala Sekolah SMA 1 Teladan menambahkan bahwa pelaksanaan kurikulum merdeka harus dibarengi dengan kemampuan guru untuk berinovasi guru dalam mengembangkan potensi anak dengan terus meningkatkan kompetensi guru, pemenuhan kekurangan guru dan pemerataan fasilitas sekolah.
Dari BPMP, Aris menyampaikan, upaya sekolah untuk terus bergerak melakukan perubahan tidak akan sia-sia karena terbukti dengan sekolah yang melaksanakan kurikulum merdeka merasakan dampak positif baik dari sisi guru maupun peserta didik.
Cecep menambahkan, perubahan kurikulum dibutuhkan sesuai zamannya, bahwa ada catatan dari diskusi ini merupakan bagian dari proses evaluasi dan perbaikan.
Dari diskusi ini banyak insight dan aspirasi yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang dititipkan oleh para praktisi dan tokoh pendidikan pada Wakil Ketua MPR RI Arsul Sani, terutama pada pemerataan akses baik berupa pengadaan fasilitas, pemenuhan kebutuhan SDM guru, peningkatan kompetensi guru agar pembelajaran lebih bermakna, konsistensi implementasi desentralisasi pendidikan dengan mengakomodir keberagaman geografis dan sosio kultur sekolah.
Sumber : Teladan Talkshow
Editor : Firman