Kekuatan dalam Kelembutan

Dalam kalkulasi perbandingan Firaun memiliki segalanya untuk menimpakan keburukan kepada Nabi Musa, apalagi Nabi Musa memiliki jejak kesalahan yang bisa dijadikan alasan pembenaran untuk menangkap atau bahkan membunuhnya. Walaupun sebenarnya pelaku kezaliman tidak perlu alasan untuk melakukan kezalimannya.

Allah memerintahkan kepada Musa, al-Quran Surat Thaha: 43—44,
“Pergilah kamu berdua kepada Firaun karena dia telah benar-benar melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” Dalam situasi demikian Nabi Musa mengadu dan berdoa kepada Allah, “Ya Rabb kami, sungguh kami khawatir dia (Firaun) akan menyiksa kami atau bertambah melampaui batas.” Yang menarik bahwa Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimassalam diperintahkan untuk mendatangi dan menyampaikan seruan dakwah kepada Firaun dengan lemah lembut. Sikap zalim dan aniaya dihadapi dengan kelembutan.

Bacaan Lainnya

Inilah rahasia kekuatan, bahwa adakalanya sikap keras dan kasar tidak harus dihadapi dengan perlakukan yang sama. Sebab kelembutan memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh kekerasan.

Layaknya Nabi Musa yang diperintahkan untuk menyampaikan dakwahnya dengan kalimat yang lembut. Jika demikian yang Allah perintahkan kepada Musa ketika ia menghadapi Firaun, maka selayaknya kita menjaga lisan dan sikap dakwah kita kepada orang kafir, lalu bagaimana jika yang kita dakwahi adalah saudara seiman.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kelembutan sama sekali bukanlah sikap menyetujui kemungkaran, bukan pula pertanda lemahnya iman.

Demikian sebaliknya, sikap keras dan kasar bukan pula pertanda tingginya keimanan. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan, “Sesungguhnya Allah menyukai sikap lemah lembut dalam segala urusan. Dan Allah memberikan pada kelembutan apa yang tidak Allah berikan kepada sikap kasar.” (HR. Muslim)

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyifati Allah dengan sifat lembut dalam sabdanya, Shahih Muslim no. 2593, “Sesungguhnya Allah Mahalembut dan menyukai kelembutan. ”Dalam menunaikan perintah Allah diperlukan kejelasan tujuan, dibutuhkan bekal berupa ilmu dan keterhubungan yang kuat kepada Allah, strategi yang tepat, kewaspadaan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan, keyakinan yang kuat terhadap pertolongan Allah, bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Inilah yang semestinya kita pegang. Layaknya Nabi Musa dan Harun yang mendatangi dengan sebuah misi yang jelas: mendakwahkan keadilan dan menghapuskan kezaliman, berbekal dengan ilmu dan zikir kepada Allah yang merupakan sumber keteguhan, menempuh strategi yang tepat dengan menyampaikan misi secara lemah lembut, melangkah sepenuh keyakinan bahwa Allah senantiasa bersama hamba yang berada di jalan ketaatan dan teguh memegang kebenaran.

Demikian tentang kekuatan dalam kelembutan yang dapat disampaikan. Semoga Allah mengaruniai kita kelembutan pada akhlak, perkataan, dan perbuatan kita. Âamiîn.

Pewarta: A. Erolflin
Editor: Firman

Ikuti Kami di :
banner 300x250banner 300x250banner 300x250

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.