PAGARALAM, Beritategas.com – Warga Pagaralam tidak banyak yang tau jika ternyata di daerah dataran tinggi Kota Pagaralam, masih cukup banyak tersimpan potensi daerah, baik dari sektor sumber daya alam maupun sektor pertanian, perkebunan dan pariwisata.
Baru-baru ini muncul kopi yang memiliki varietas baru yang tidak terdapat di daerah lain maupun daerah lain “kopi Rosbusta kuning”, uniknya kopi ini pada saat matang buahnya kuning tidak seperti kopi biasa warna merah.
Ditambahkan lagi kandungan di dalamnya berdasarkan hasil uji laboraturium pusat penelitian kopi dan kakaou Indonesia memiliki kandungan cukup banyak, seperti rasa vanila, coklat, manis dan rasa kopi nya sedikit berkurang lebih dominan coklat.
Sekarang justru muncul lagi jika di Pagaralam ternyata ada varitas kopi yang terbaik di dunia yaitu kopi jenis arabica typica dan saat ini mulai langka.
Sebetulnya awalnya antara tahun 70-an hingga 1980 masih banyak petani Pagaralam sekitarnya termasuk Semendo Kabupaten Muaraenim, menanam kopi arabica typica, tapi mereka menyebutnya “kopi Padang”.
Kopi ini lebih banyak ditanam di daerah sedikit lahan kering atau Padang (bahasa daerah red). Memang kopi arabica trypika lebih tahan didaerah kering dengan ketinggian dibawah 1000 dpl
Namun demikian kopi kurang populer di masyarakat, sedikit sekali petani yang mau menamnya, sekalian buanya agak jarang dan harganya jiga sedikit lebih murah dibandingkan Rosbusta.
Kemudian belum lagi buah sedikit dan berat timbangannya juga kurang, tapi kalau rasa kopi agak tidak terlalu kuat sehingga masyarakat lebih menggunakan kopi ini untuk konsumsi rumah tangga atau untuk kebutuhan minum kopi sendiri.
Menanam kopi ini juga jaraknya cukup jauh sehingga di areal 1 hektare bisa jadi hanya ditanam 10 batang hingga 20 batang, dan sistem pemeliharanya juga harus pola lengkuran. Maksudnya pelihara banyak batang dalam satu rumpun, bisa dibayangkan untuk satu batang kopi arabica ini dipelihara sampai sepuluh tunas.
Salah seorang petani kopi Pagaralam, Kasim mengatakan, kopi jenis arabica yang selama ini ditanam petani Pagaralam lebih dikenal dengan kopi Padang dan itu juga dulu orang Belanda yang suruh tanam di daerah dataran tinggi Gunung Dempo.
“Semua masyarakat Pagaralam pernah menanam kopi kinis arabica typica, tapi karena buahnya sedikit dan tidak ada penampung jadi terpaksa ditebang atau dibunuh,” kata dia. Minggu (2/2).
Menurut Kasim, memang dulunya kopi itu harganya mahal tapi orang tertentu saja yang mau belinya, tapi karena kondisi itulah sebagian besar warga petani kopi beralih menanam kopi Rosbusta.
“Kopi Rosbusta buah lebih banyak dan penampung juga banyak sehingga tidak kesulitan saat menjualnya,” kata dia.
Kemudian, kata dia, baru sekarang jika kopi arabica atau kopi padang yang banyak ditanam di Pagaralam merupakan kopi terbaik dunia.
“Kami petani baru tahu kalu kopi padang merupakan kopi terbaik dunia dan harga juga cukup tinggi, ini merupakan harapan baru untuk kembali mengangkat nama besar Pagaralam Selain Gunung Dempo,” kata dia.
Ditambahkan petani lainnya, Fran, kopi jenis arabica typica pernah juara dunia saat lomba di Jerman, tapi di Pagaralam petani sudah jarang membudidayakan kopi jenis ini.
“Secara umum kopi dibagi menjadi dua bagian yaitu kopi arabika dan kopi robusta. Dibandingkan dengan kopi robusta, kopi arabika memiliki jumlah yang lebih banyak, harganya juga lebih mahal. Salah satu kopi arabika terbaik di dunia adalah kopi Typica,” kata dia.
Ia mengatakan, typica merupakan varietas kopi arabika tertua dan bapak dari kebanyakan varietas yang ada. Konon, typica dan bourbon adalah biji kopi utama yang diambil dari Ethiopia dan dibawa ke Yaman.
“Kopi arabica typica dulu di tanam Belanda, dan banyak ditanam di Pagaralam, tapi sekarang menghilang justru kalah dengan kopi Arabica Ateng dari Aceh,” kata dia.
Dia mengatakan, diharapkan kedepan kopi arabica typica akan kembali dikembangkan di Pagaralam, sehingga nama besarnya akan dapat membanggakan petani Pagaralam di tingkat dunia.
Pewarta : Asnadi
Editor : Firman