JAMBI, Beritategas.com – Rezeki merupakan salah satu bentuk pemberian dari Allah SWT yang patut disyukuri oleh setiap hambanya.
Setiap manusia sudah ditentutkan kadar rezekinya masing-masing sesuai apa yang dia usahakan.
Banyak manusia yang selalu bersyukur atas rezeki yang diperolehnya. Namun, banyak pula manusia merasa kurang atas rezeki yang diberikan Allah SWT.
Perilaku cepat lupa diri ketika memperoleh kesenangan dan putus asa ketika memperoleh kesusahan itu terjadi karena mereka menjauh dari Allah.
Akibatnya mereka tidak menyadari bahwa yang mengatur rezeki manusia adalah Allah. Allah-lah yang melapangkan rezeki seseorang dan menahan rezeki yang lain sesuai dengan kebijaksanaan-Nya.
Ustaz Umar, Lc dalam kajian rutin subuh setiap awal bulan di Masjid Baitul Makmur, Perumahan Villa Karya Mandiri, Mendalo Darat, Jambi Luar Kota, Minggu (06/10/2024) mengatakan bahwa, Tidak ada orang yang tidak dapat rahmat dan nikmat Allah, persoalannya ada yang merasa banyak ada yang merasa sedikit.
”Setiap orang mendapat rahmat dan nikmat Allah, ada yang merasa banyak ada yang merasa sedikit”.
”Yang bagus itu memperoleh sedikit tapi menganggapnya banyak. Yang buruk itu memperoleh banyak tapi merasa sedikit. Tetapi semua mendapat rahmat Allah” ujarnya.
Dalam surat Ar-Rum ayat 36-37 Allah mengabarkan tentang tabi’at kebanyakan manusia di dalam kondisi lapang dan sempit, yaitu bahwasannya apabila Allah membuat mereka merasakan suatu rahmat, berupa kesehatan, kekayaan, pertolongan dan lain-lainnya, mereka sangat bergembira dengan penuh kebanggaan dan kesombongan dengan nikmat Allah,
Kamu pernah minum air, merasakan udara dingin itu adalah salah satu rahmat Allah.
Kemudian ”Dan di antara sifat buruk orang-orang musyrik itu adalah bahwa apabila Kami berikan sesuatu rahmat kepada manusia, yakni kaum musyrik, misalnya terbebas dari bencana atau musibah, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu, bahkan dengan congkak mereka menganggapnya sebagai hasil usaha mereka sendiri. Akan tetapi, apabila suatu saat mereka ditimpa sesuatu musibah karena kesalahan atau kemaksiatan mereka sendiri, seketika itu mereka berputus asa dari rahmat Allah.”
Menurut ustaz Umar, Lc dihadapan jamaah kajian subuh di masjid Baitul Makmur, mengatakan, bahwa ”Allah memperingatkan mereka atas keputusasaan itu. Dan tidakkah mereka melihat dengan mata kepala beberapa fenomena yang terjadi, tidak terkecuali pada diri mereka sendiri, bahwa Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang dia kehendaki, bukan semata hasil usaha mereka.”
”Dan dia pula yang membatasi rezeki bagi siapa yang dia kehendaki, meski ia telah berusaha keras untuk meraih rezeki sebanyak-banyaknya’ sungguh pada yang demikian itu, yakni lapang dan sempitnya rezeki, benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang beriman yang meyakini keesaan dan kekuasaan-Nya”.
Jadi, bahwa lapang-sempitnya rezeki merupakan ketentuan Allah dan sarana untuk menguji keimanan hamba-Nya, kemudian pada ayat ini Allah meminta orang mukmin tidak hanya berinfak dan bersedekah, melainkan juga melakukan kebaikan apa pun bentuknya kepada siapa saja, khususnya kaum kerabat.
Maka berikanlah haknya kepada kerabat dekat dengan menjaga hubungan silaturahmi, berbuat kebajikan, dan berkorban untuknya, juga kepada orang miskin dengan meringankan beban hidupnya dan orang-orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan.
Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah melalui usaha-usaha baiknya. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Melalui pemberian dan pengorbanan, dalam lingkup terbatas, kerabat akan tercukupi kebutuhannya, dan dalam lingkup yang lebih luas, perbuatan itu akan melahirkan sikap tolong-menolong di antara sesama muslim.
Di samping itu, nikmat Allah tidak hanya bersifat materi, tetapi juga non-materi, seperti kesehatan, ketenangan hidup, nama baik, dan sebagainya. Sering terjadi bahwa Allah mencurahkan nikmat yang bersifat materi kepada seseorang, tetapi membatasi nikmat non-materi.
Sebaliknya sering Allah membatasi nikmat yang bersifat materi kepada seseorang, tetapi mencurahkan nikmat non-materi-Nya. Itu menunjukkan bahwa Allah Mahakuasa dan Maha Bijaksana, sehingga manusia seharusnya mengimani-Nya.
Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki sebagai ujian, apakah dia bersyukur atau kafir, dan Dia juga menyempitkan rizki atas siapa yang Dia kehendaki sebagai ujian, apakah dia bersabar atau meratap? Sesungguhnya dilapangkan dan disempitkannya harta merupakan tanda-tanda bagi kaum yang beriman kepada Allah dan mengetahui hikmah dan rahmat Allah.
Dapat kita pahami, lapang-sempitnya rezeki merupakan ketentuan Allah yang dijelaskan dalam Surat Ar-Rum ayat 38. Ayat ini juga menjelaskan bahwa lapang-sempitnya rezeki merupakan sarana untuk menguji keimanan hamba-Nya.
Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki.
Al-Quran Surat Ar-Rum Ayat 36 menyebutkan:
”Apabila Kami berikan suatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan (rahmat) itu. (Sebaliknya) apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) karena kesalahan mereka sendiri, seketika itu mereka berputus asa”.
Pewarta: A.Erolflin
Editor: Firman