JAMBI, Beritategas.com – Universitas Jambi (UNJA) memberangkatkan mahasiswa/i penerima bantuan dana Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK ORMAWA) tahun 2024 membangun desa. Rektor Unja Prof Helmi Minggu lalu (07/07/2024) melepas 11 tim yang lolos PPK Ormawa 2024.
Prof. Helmi berpesan agar mahasiswa dapat kreatif, inovatif, dan kompetitif. Mereka para mahasiswa kuliah lapangan selama 1 semester per 5 bulan.
Berikut ini kita kenalan dengan PPK Ormawa Gempita KAT. Nama-nama tim PPK Ormawa Gempita KAT, yaitu Ridhatul Fitri, Rilawati Situmeang, Yeliza, Intan Adelia Syahputri Lubis, Putri Surya Anjani, Ratu Atikah Munawarah, Syahra Zelina, Haliva Asih Rahmanda, Nadya Wulandari, Ani Mega Apriyani, Nasywa Humayroh, Selvi Agrema Patresia, Dhiny Anggraini Puspita, Sesi Raski, Fina Ayu Yunanda.
Untuk program dari tim PPK Ormawa Gempita KAT, Ridhatul Fitri mengungkapkan ada 2 program utama yaitu pembuatan pupuk organik dari limbah rumah tangga dan budidaya tanaman hortikultura. Tujuan utama yang ingin dicapai yaitu peningkatan gizi seimbang pada Suku Anak Dalam desa Bukit Suban, Kabupaten Sarolangun, Jambi, ungkapnya, Jumat (02/08/2024).
Suku Anak Dalam atau dikenal juga dengan sebutan ’Orang Rimba’ merupakan penyebutan untuk masyarakat yang tinggal di kawasan hutan dataran rendah di wilayah Jambi.
Suku Anak Dalam (Suku Kubu) atau Orang Rimba merupakan bagian dari kelompok masyarakat terasing yang berada di wilayah Provinsi Jambi dengan populasi tersebar di beberapa kabupaten di Provinsi Jambi, terkhusus wilayah mudik Provinsi Jambi, yaitu Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Bungo, Sarolangun dan Merangin.
Pada awalnya untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, Suku Anak Dalam, melaksanakan kegiatan dengan cara berburu, meramu, menangkap ikan dan memakan buah-buahan yang ada di dalam hutan. Namun dengan perkembangan pengetahuan dan peralatan hidup yang digunakan akibat adanya akulturasi budaya dengan masyarakat luar, kini telah mengenal pengetahuan pertanian dan perkebunan.
Masyarakatnya sudah ada yang jadi sarjana, menjadi anggota TNI.
UNJA Peduli dengan mereka, terutama kesehatan dan pendidikan SAD menjadi perhatian mereka.
Dalam pelaksanaan praktik ppk ormawa, ada beberapa program tambahan juga yang tim saya rancang, yaitu program kesehatan dan pendidikan, ujar Ridhatul Fitri.
Untuk kegiatannya yaitu peningkatan pengetahuan para ibu dan remaja putri terkait dengan pengolahan makanan termasuk sayuran khususnya sayuran yang akan dibudidayakan.
Selanjutnya yaitu program pembelajaran kepada anak-anak Suku Anak Dalam desa Suban berupa pembelajaran formal dan pembelajaran dengan alam.
”Adapun yang ingin kami capai dari program ini ialah kesinambungan antara program utama untuk mencapai gizi seimbang melalui aktivitas pertanian para kepala keluarga diikuti dengan pengolahan makanan secara tepat oleh ibu rumah tangga dan peningkatan pengetahuan anak-anak SAD terkait dengan kesehatan mulai dari perilaku hidup bersih hingga pola konsumsi gizi seimbang. Kalau untuk tanggapan dari SAD kami mendapat respon positif dari para kepala adat nya, mulai dari Tumenggung hingga para tokoh yang memang berpengaruh di komunitas.
Mereka menerima dengan positif serta excited denga program kami karena sejalan juga dengan kegiatan yang mulai mereka lakukan yaitu dibidang pertanian. Sebelum nya Suku Anak Dalam hidup berburu dan meramu akan tetapi karena sekarang kondisi hutan sudah tidak seperti dulu serta sumber daya juga berkurang jadi tidak mungkin mereka terus-terusan bergantung ke alam, jadi harus beralih ke kegiatan pertanian”. Papar Ridhatul.
Jadi untuk koordinasi dan semacamnya bersama tokoh-tokoh Suku Anak Dalam desa Bukit Suban, serta koordinasi dengan kepala desa dan perangkat desa juga berjalan lancar.
Disamping itu kami juga didampingi oleh KKI Warsi sebagai fasilitator lapangan, yang berperan dalan penyediaan tempat penginapan, pengubung komunikasi awal dengan para tokoh Suku Anak Dalam, serta pengenalan dan pembekalan sebelum turun lapangan.
Hambatan yang kami temui untuk sejauh ini ialah terkait dengan keterbatasan interaksi karena sasaran kami ada suku pedalaman yang masih tradisional sehingga butuh pendekatan berupa komunikasi yang harus lebih intens agar mudah dalam penerimaan program yang kami bawa.
Hambatan lainnya adalah adaptasi bahasa dimana kami perlu belajar lebih dalam serta lebih membiasakan diri dalam mengenal dan mempraktikkan bahasa sehari-hari yang Suku Anak Dalam gunakan.
Untuk suka duka sejauh ini belum terlalu banyak yang bisa diceritakan, karena kami pun baru di lokasi jadi masih proses juga. Untuk suka nya itu banyaknya hal baru yang telah dan akan kami explore serta pengalaman-pengalaman berharga yang tentunya tidak bisa kami dapatkan di luar.
Untuk duka nya mungkin karena tim kami pun perempuan semua 15 orang, terus ada juga yang mengalami pengalaman jauh dari orang tua untuk pertama kalinya pastinya masih beradaptasi hingga sekarang.
Untuk rencana, saat ini kami fokus pada pendekatan kepada Suku Anak Dalam, serta dilanjutkan dengan pengenalan program yang dirancang serta pelaksanaan program.
“Untuk rencana lanjut program kami masih mendiskusikan nya. Doakan kami sukses dalam mengaplikasi ilmu yang kami peroleh di bangku kuliah dalam membangun Desa,” tutur Ridhatul Fitri.
Kunjungi : www.unja.ac.id.
Pewarta : A.Erolflin
Editor : Firman