MUARO JAMBI – Beberapa makanan khas dan langka seringkali hadir menghiasi di Bulan Suci Ramadhan yang penuh berkah sehingga menambah syahdunya bulan tersebut.
Walau tak sepopuler daerah lainnya, Muaro Jambi ternyata juga kaya akan kuliner yang mengundang takjub karena kehadiran kuliner ini hanya di moment Ramadhan atau Idul Fitri.
Kabupaten yang berbatasan dengan Kota Jambi ini yang mana juga dikelilingi Sungai Batanghari memiliki segudang khas makanan Jambi.
Tak aneh bila masyarakat Muaro Jambi diberikan karunia mengelola hasil dari Sungai Batanghari yang terpanjang di Pulau Sumatera itu khususnya ikan.
Ada beberapa kuliner langka berbahan ikan yang langka dan sulit ditemui bila kita ingin mencari di restoran atau rumah makan-rumah makan.
Menu ini hanya dibuat sesekali oleh masyarakat bila ada acara spesial yakni salah satunya menu ketika berbuka puasa. Ayo, sama-sama kita simak ya.
Ikan Senggung
Salah seorang masyarakat Muaro Jambi yang menjadi narasumber untuk www.beritategas.com kali ini adalah Ridho(34).
Ridho mengatakan ikan senggung memang sulit ditemui. Hampir tidak ada warung atau restoran yang menjualnya.
“Hal tersebut dikarenakan proses mengolah atau memasaknya yang membutuhkan waktu yang lama yaitu berkisar empat jam karena harus dibakar,” tuturnya, Sabtu(18/4/2021).
Dikatakan Ridho, ikan senggung berbahan ikan gabus atau ikan toman. Ikan gabus atau ikan toman yang telah dibersihkan tersebut diberi bumbu kemudian dimasukkan ke dalam bambu sepanjang satu meter.
Selanjutnya, bambu itu dibakar di atas api yang kecil lebih mirip dengan diasapi.” Rasanya enak. Menu tersebut biasanya disajikan ketika berbuka puasa atau di saat lebaran sebagai hidangan khusus. Hari biasa jarang disajikan karena proses pembuatannya yang memakan waktu berjam,” sebut Ridho.
Ridho menambahkan, menu ikan senggung hanya dijual di restoran khusus yang menjual makanan menu tradisional Jambi dan harganya terbilang cukup lumayan dibandingkan dengan menu biasa lainnya.
“Seporsi ikan senggung isi ikan gabus dibanderol dengan nilai Rp 55.000,dan lebih tinggi lagi bila isinya ikan toman,” kata Ridho.
Gangan Palapa
Nah, menu kedua yang juga termasuk menu langka yaitu menu Gangan Palapa. Menu Gangan Palapa juga berbahan utama ikan segar, seperti ikan patin, ikan toman atau ikan gabus.
Indah (39), salah satu masyarakat yang juga berasal dari Muaro Jambi menuturkan, menu gangan palapa hampir nyaris tidak pernah terdengar lagi.
“Selain kaya akan bumbu dan rempah-rempah, gangan palapa sebelumnya adalah makanan prestisius sebagai penanda status sosial masyarakat lampau,” sebut Indah.
Dikatakan Indah, makanan yang hampir mirip dengan masakan pindang ini proses pembuatannya sebenarnya sederhana namun membutuhkan kecermatan tinggi dalam mengolahnya.
“Menu ini tidak boleh lama dipanasi dan jangan diaduk, jika hal itu dilanggar maka bisa gagal,” sebut Indah lagi.
Gangan palapa termasuk makanan sehat karena proses memasaknya tidak menggunakan minyak maupun santan.
Bumbu-bumbu yang digunakan juga segar. Biasanya hidangan tersebut dilengkapi dengan lalapan segar dan sambal bacan.
“Menu gangan palapa biasanya hanya disajikan disaat Bulan Ramadhan atau lebaran saja, dan siapa saja boleh menikmatinya juga tidak ada pantangan meski pada waktu dulu menu makanan itu merupakan menu prestisius sebagai penanda status sosial masyarakat masa lampau karena makanan ini sehat,” ujar Indah.
Gulai Pucuk Rotan
Terakhir yakni menu gulai pucuk rotan. Sebagian orang dan mungkin kita mengenal rotan ialah bahan dasar kerajinan tangan namun bagi masyarakat Muaro Jambi, rotan tidak hanya dapat digunakan untuk membuat berbagai macam kerajinan namun juga dapat diolah menjadi menu makanan yang mengundang selera.
Di sini, rotan yang digunakan ialah bagian ujung muda atau pucuknya. Gulai pucuk rotan telah lama dikenal oleh masyarakat Muaro Jambi, mengingat daerah Muaro Jambi banyak ditumbuhi rotan saat masih hutan.
Namun seiring zaman dan perkembangan populasi manusia serta perluasan kawasan perkebunan, tumbuhan rotan pun mulai sulit didapatkan.
Udin, yang adalah salah seorang masyarakat Ibukota Kabupaten Muaro Jambi, Sengeti menuturkan bahwa menu gulai pucuk rotan ialah menu spesial yang hanya ada ketika Bulan Ramadhan atau lebaran.
“Gulai pucuk rotan rasanya gurih, segar dan beraroma alami bahkan dapat menyehatkan gigi, menyegarkan nafas sampai dengan membuat awet muda,” sebut Udin.
Bukan hanya dapat dibuat gulai,”pucuk rotan juga dapat direbus untuk dijadikan lalapan,” imbuhnya.
Udin menjelaskan, sebelum dimasak gulai, pertama-tama, pucuk rotan terlebih dahulu dibakar atau direbus agar umbi yang ada di bagian dalam masak karena umbi tersebut yang nantinya dikonsumsi.
Begitu spesialnya, menu gulai pucuk rotan justeru paling dicari oleh masyarakat Muaro Jambi ketika tiba Bulan Ramadhan atau lebaran dibandingkan dengan menu daging.
“Hanya ada di saat Bulan Ramadhan atau lebaran ada yang menjual menu gulai pucuk rotan, hari biasa tidak akan dapat ditemui,” kata Udin.
Ketiga menu spesial Ramadhan tersebut terhitung langka karena tidak dapat dijumpai dan hanya ada saat Ramadhan.
Penulis berharap penyajian kuliner khas dan langka dari Kabupaten Muaro Jambi ini dapat menambah wawasan peminat kuliner Khas Jambi dan khususnya masyarakat Muaro Jambi tetap dapat melestarikan menu kuliner spesial ini.
Reporter : Harvery
Editor : Firman