PURWAKARTA, Beritategas.com – Prestasi membanggakan kembali diukir Kabupaten Purwakarta. Daerah yang sangat dikenal dengan produk kuliner Sate Maranggi itu berhasil menyabet peringkat tertinggi kedua tingkat gemar membaca (TGM) di Jawa Barat. Peringkat itu hanya kalah dari Kota Bandung yang merupakan ibu kota Jawa Barat.
Dari 18 kabupaten dan 9 kota di seluruh Provinsi Jawa Barat, Purwakarta berada pada peringkat kedua tingkat gemar membaca (TGM) dengan skor nilai 68,70. Angka itu hanya kalah dari Kota Bandung yang memiliki skor nilai 73,63.
“Tingginya nilai minat baca itu menunjukan masyarakat Purwakarta sangat terbuka dan haus terhadap informasi dan ilmu pengetahuan. Itu modal dasar yang luar biasa dalam membangun karakter manusia sebagai subjek pembangunan dan peradaban,” kata Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan (Disarpus) Kabupaten Purwakarta Asep Supriatna, Selasa (25/6/2024).
Selain menempati peringkat yang sangat tinggi di Jabar, Purwakarta juga masuk dalam peringkat TGM 30 besar kabupaten/kota seluruh Indonesia.
Berdasarkan data yang diterbitkan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI), Tingkat Gemar Membaca (TGM) dari 514 kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, Kabupaten Purwakarta berada di peringkat 29 jajaran daerah dengan angka TGM tertinggi.
Sementara dari 30 daerah kabupaten/kota berperingkat tertinggi secara nasional tersebut, 24 diantaranya adalah daerah kota, dengan pemuncak peringkat adalah Kota Yogyakarta.
Data dari Perpusnas RI itu juga menunjukkan, diantara daerah kabupaten yang masuk dalam peringkat tertinggi TGM secara nasional, maka Purwakarta masuk peringkat enam besar dibawah Kabupaten Sleman, Kebumen, Tana Tidung, Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Belitung.
“Itu tentu merupakan prestasi luar biasa yang berhasil diukir masyarakat Purwakarta. Kondisi ini sekaligus membuktikan Pemkab Purwakarta berada pada jalur yang tepat dalam membangun sumber daya manusianya,” ujar Asep Supriatna.
Menurut Asep Supriatna, indikator suatu daerah memiliki angka TGM yang tinggi ditentukan banyak faktor meliputi, frekuensi membaca, durasi membaca, jumlah buku, dan durasi akses internet.
“Banyaknya akses untuk membaca harus bisa digunakan secara positif untuk membuka wawasan dan ilmu pengetahuan,” kata Asep.
Pewarta : Trisna M
Editor : Firman