Menghadapi Kematian Berbekal Iman dan Amal

JAMBI, Beritategas.com – Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah Ta’ala, yang nyawa manusia senantiasa dalam genggaman-Nya. Dia Yang Maha menghidupkan dan mematikan. Semua makhluk akan kembali pada-Nya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, utusan Allah yang membawa cahaya petunjuk kepada seluruh umat manusia dengan ucapan Allahumma sholli alaa sayyidinaa Muhammad wa ala ali sayyidinaa Muhammad.
Juga kepada keluarga dan para sahabatnya. Semoga keselamatan juga Allah curahkan untuk umatnya yang selalu berpegang teguh kepada ajarannya.

Saudara-saudara yang dirahmati Allah
Pada kesempatan kali ini ustadz Sadam Husen S.Sy akan mengetengahkan kajian dengan tema Menghadapi Kematian Berbekal Iman dan Amal.

Bertakwalah kepada Allah subhanahu wata’ala yang akan kembali kepada-Nya seluruh makhluk. Bertakwalah kepada-Nya karena di tangan-Nya balasan setiap kebaikan dan keburukan. Bertakwalah kepada-Nya karena tidaklah Ia memberi nikmat melainkan agar itu menjadi sarana penghantar kepada ketakwaan.

Setiap orang yang beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Akhir, dan mengimani Takdir baik atau pun buruk, ia pun harus mengimani dengan benar bahwasanya ia akan berhadapan dengan ajal yang telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wata’ala atas setiap makhluk, yakni kefanaan atau kesirnaan seluruh materi.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa.” (QS. Ar-Rahman: 26)
“Tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal.” (QS. Ar-Rahman: 27)
Setiap saat kita menyaksikan manusia sedang berjalan menuju kampung akhirat. Baik dari kalangan orang tua, pemuda, anak-anak baik laki-laki ataupun perempuan.

Bahkan di antara mereka adalah bagian dari keluarga kita sendiri, ataupun kerabat, sahabat juga tetangga rumah.
Mari renungkan.

Menurut Ust. Sadam, Jumat, (8/12/23), setelah kematian ini setiap jiwa akan memasuki malam pertama dari etape perjalanan akhirat, yakni alam kubur.

Ketika dua malaikat mendatangi, lalu menanyakan tentang Rabb, tentang agama dan tentang Nabi.

Mari renungkan. Siapa yang nanti akan menemani di alam kubur? Apakah amal saleh yang menyerupakan diri sebagai sesosok lelaki tampan, pakaian indah, wangi semerbak, lalu ia berkata: Berbahagialah dengan nikmat yang telah diberikan kepadamu, inilah hari yang dahulu telah dijanjikan, aku adalah amalan salehmu?
Kita berharap kepada Allah yang Maha Mulia lagi Utama agar mendapatkannya.

Allah berfirman:
“Dan barang siapa mengerjakan kebajikan maka mereka menyiapkan diri mereka sendiri (tempat yang menyenangkan).” (QS. Ar-Rum: 44)
Ibnu Jarir berkata, “Mereka menyiapkan diri mereka sendiri tempat istirahat yang bisa menyelamatkan dari siksa dan hukuman dari Allah.”

Saudara-saudara yang dirahmati Allah
Setiap muslim harus selalu siap menghadapi kematian.
Setelah fase kematian, akan tiba hari kebangkitan dan dikumpulkannya semua makhluk di padang mahsyar.

Pada saat itu, Allah subhanahu wata’ala akan tampakkan semua amalan hamba-Nya untuk dihisab, dibentangkan shirath (jembatan) di atas neraka jahanam. Semuanya adalah pemandangan dan jalan yang harus dilalui setiap hamba.
Bertakwalah wahai para hamba, persiapkan diri kalian menghadapi hari agung tersebut. Siapkanlah amal-amal saleh yang ikhlas karena mengharap wajah-Nya, dan yakinlah selalu akan janji dan balasan-Nya.

Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah.
Sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 19)

Hakekat Tawakal Kepada Allah
Saudara-saudara yang dirahmati Allah
Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk selalu bertawakal karena ia merupakan ibadah hati yang agung.
Iman yang sempurna adalah manakala terikat menjadi satu antara keyakinan hati, lisan, dan anggota badan.

Hakekat tawakal adalah bersandarnya hati hanya kepada Allah subhanahu wata’ala. Menyerahkan segala urusan kepada-Nya dalam hal memperoleh manfaat atau menghindari mara bahaya baik perkara dunia maupun akhirat.

Wajib bagi seorang muslim untuk bertawakal kepada Sang Khaliq, Sang Pengatur dan melakukan sebab-sebab yang dibenarkan dalam syariat Islam karena Nabi pun juga melakukannya.

Beliau tetap memakai baju besi setiap kali terjun dalam peperangan. Beliau mengangkat seorang penunjuk jalan dalam perjalanan hijrah ke Madinah. Beliau menerima usulan sahabat untuk menggali parit saat perang Ahzab, dan selalu melakukan usaha yang menyertai tawakalnya kepada Allah.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Dan mengapa kia tidak bertawakal kepada Allah, sedangkan Dia telah menunjukkan jalan kepada kita, dan kami sungguh akan tetap bersabar terhadap gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang yang bertawakal itu berserah diri.” (QS. Ibrahim: 12)

Tiga Bekal Terbaik Menghadapi Kematian
Saudara-saudara yang dirahmati Allah
Kematian pasti menghampiri kita. Tidak memandang siapa, kapan, di mana, dan bagaimana pun kondisinya. Walaupun kita bersembunyi dalam peti besi.

Ketika ajal menjemput, tidak ada satu pun yang akan bisa menghindar darinya. Pertanyaannya adalah bekal apa yang terbaik untuk menghadapi kematian itu?
Dari sekian banyak keterangan dari Al-Quran dan As-Sunnah, dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada tiga amalan terbaik:

Pertama: Amal Saleh
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Barang siapa yang berharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia melakukan amal saleh dan jangan menyekutukan Allah dengan seorang pun.” (QS. Al-Kahfi: 110)

Sebuah amal dikatakan saleh manakala memenuhi empat syaratnya, sebagaimana di sampaikan oleh Imam Al-Baghawi yang menyitir perkataan sahabat Mu’adz.

“Amal saleh adalah yang terkumpul padanya empat hal; ilmu, niat, sabar, dan ikhlas.” (Ma’alimu Tanzil fi Tafsiril Qur’an, Imam Al-Baghawi, 1/73)

Kedua: Menjauhi amalan tercela
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An-Nisa’: 31)

Ketiga: Segera Bertaubat
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman! bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai…” (QS. At-Tahrim: 8)

Saudara-saudara yang dirahmati Allah
Demikian perjumpaan kita dikesempatan ini tentang bagaimana semestinya sikap seorang muslim dalam menghadapi kematian yang dapat kami sampaikan, semoga Allah Ta’ala membimbing kita untuk senantiasa mempersiapkan kualitas iman dan amal terbaik untuk menghadapi kematian yang datang secara tiba-tiba. Aamiin.

Pewarta : A.Erolflin
Editor : Firman

Ikuti Kami di :
banner 300x250

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.