Merawat Intelektualisme: Belajar dari Keberlakuan Asas Iktikad Baik dalam Hukum

Di luar itu, jelas banyak sekali kabar menggembirakan yang dibawa dan berasal dari universitas. Baik itu tentang penemuan yang dihasilkan oleh penelitinya, prestasi dosen dan mahasiswa, juga keterlibatan sivitas akademika dalam berbagai forum ilmiah bergengsi maupun kegiatan sosial kemanusiaan.

Namun demikian, pada mimbar yang terhormat ini, dalam rangka Dies Natalis Universitas Jambi Ke-61 dan Wisuda Ke-109, izinkan saya untuk menyampaikan orasi yang secara substansi berimpitan dengan kasus yang telah dikemukakan.

Secara umum, kasus tersebut berkenaan dengan integritas dan kecakapan intelektual dari sivitas akademika. Ini bukan hanya tentang dosen, tenaga kependidikan, tapi juga mahasiswa, dan alumni.

Mereka semua adalah orang-orang yang pernah menjadi bagian sivitas akademika, sehingga diharapkan memiliki integritas dan kecakapan intelektual pada saat mentas di masyarakat. Pada hemat saya, perihal ini perlu untuk terus disuarakan dan dilantangkan, termasuk untuk diri saya sendiri, agar integritas dan kecakapan intelektualitas kita terjaga dan terpupuk dengan baik.

Bapak, Ibu, dan Saudara sekalian,
Kita semua di ruangan ini, yaitu dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, alumni, tamu undangan, dan saya meyakini juga keluarga dari para wisudawan sekalian, ialah orang-orang yang terpelajar, yang pernah belajar secara metodologis di universitas.

Orang-orang tersebut, menurut Mohammad Hatta disebut sebagai kaum inteligensia, ialah ‘warga negara yang terpelajar, yang tahu menimbang buruk dan baik, yang tahu menguji benar dan salah dengan pendapat yang beralasan’.

Sebagai bagian dari kaum inteligensia, kita sebetulnya telah mengalami penempaan diri selama masa perkuliahan. Dalam ruang kelas kita bukan sekadar duduk menganggut-anggut mendengarkan kuliah atau ceramah dosen, tapi juga dilatih bersuara, mengemukakan ide, dan mengembangkan gagasan.

Bahkan, bukan hanya bersuara, tetapi berdebat, berargumentasi, dan berdiskusi untuk mencari titik terang dan solusi, atau malah menggugat teori. Kita juga diajarkan tidak (sekadar) menghafal pelajaran, menunggu asupan materi dari dosen, tetapi belajar mandiri, menyelidiki informasi dan pengetahuan yang diperoleh, mensistematisasi, memverifikasi, dan juga memvalidasinya.

Ikuti Kami di :banner 300x250
banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.