PALEMBANG, Beritategas.com – Kejuaraan Liga Voli Sumsel yang diikuti oleh Beberapa Club Voli ternama di Provinsi Sumsel mendapatkan kritikan keras dari peserta, hal tersebut diduga Panitia Livoli Sumsel melakukan sikap tendensius terhadap satu Club yang berasal dari Kota Lubuk Linggau.
Kegiatan, Livoli yang disponsori oleh anggota DPR RI tersebut, dipusatkan di Kapota, Dephubrem Kodam II Sriwijaya, Palembang. Kegiatan dilaksanakan kurang lebih selama 2 bulan.
Manager Club PBV Caroline, Caroline, SH, menjelaskan bahwa tim yang ia pimpin di diskualifikasi karena tidak bisa hadir dalam pelaksanaan final.
Ketidakhadiran mereka dikarenakan adanya pergantian jadwal final yang semula dilaksanakan pada tanggal 10/11/12 Maret menjadi 17/18/19 Maret tanpa berkoordinasi dengan finalis.
“Anak-anak PBV Caroline 80 persen pelajar, saat ini sedang mengikuti ujian sekolah,” ungkap Ulit sapaan karib Caroline. Ketiak dihubungi, Rabu (23/3/23).
Padahal, Lanjut Ketua PBVSI Kota Lubuk Linggau ini, mereka sudah menyiapkan segala sesuatunya demi keberangkatan untuk final 10/11/12 Maret, bahkan sampai mengosongkan jadwal turnamen Caroline Cup pada tanggal tersebut.
“Kami sangat dirugikan dengan keputusan tersebut, sudah banyak yang kami keluarkan untuk mengikuti kejuaran ini. Panitia tidak memikirkan kerugian materil yang kami tanggung selama proses pertandingan dalam jangka waktu 2 bulan, sampai pada terakhir kami harus cancel tiket kereta api,” jelas Caroline.
Masih dikatakan, mantan Pemain Voli Putri Sumsel ini, Lucunya lagi, setelah di diskualifikasi muncul tim lain pengganti yang masuk ke babak final 4 besar maju secara otomatis. Apalagi di Ketentuan Peserta dalam Tehnikal Handbook (THB Cabor Bola Voli) poin 14 berbunyi : Tim yang terlambat datang 15 menit dari jadwal pertandingan dinyatakan kalah WO. Poin 15 berbunyi : Tim yang menolak bertanding sesuai ketentuan dinyatakan kalah WO.
“Tidak ada ketentuan dari peraturan bahwa di final harus hadir dan justru yang ada adalah jika peserta tidak hadir dianggap kalah WO,” beber Ulit.
Dalam hal ini, Ulit, sapaan karib Caroline, tidak pernah mempermasalahkan tim dari Muba yang juara, karena memang keadaan dari anak-anak tidak berangkat. Namun, Ulit mempertanyakan keputusan panitia dengan langsung menggantikan finalis 3 dan 4.
Pihaknya mempertanyakan dasar panitia melalukan didiskualifikasi. Jikalau diputuskan panitia berdasarkan hasil rapat, PBV Caroline meminta release atau surat keputusan yang jelas dari panitia pelaksana dan dewan hakim.
“Jika memang ada aturannya saya minta, serta aturannya dari mana dengan mengganti finalis,” tegas Ulit.
Terkait, diskualifikasi yang di berikan oleh Panitia Livoli Sumsel tersebut ke Kota Lubuk Linggau, Pengamat Voli Sumsel. Asmawi Hatta mengatakan, diduga Panitia tidak mengerti THB yang mereka buat dan panitia sendiri yang melanggarnya.
“Ya lucu sih, kasusnya Lubuk Linggau ini mereka sudah banyak mendapatkan point, dan ketika di final mereka tidak hadir, mestinya mereka walk out dengan begitu mereka tidak mendapatkan point, misalnya Lubuk Linggau vs Muba, tiba-tiba Lubuk Linggau tidak hadir nah artinya mereka WO dan Muba dinyatakan Menang WO poin Muba 3-0 langsung,” ucap Asmawi.
Dirinya menyayangkan, kejadian ini terjadi sebab menurutnya setiap turnamen yang dilaksanakan sudah pasti panitianya memiliki wawasan dan pengetahuan lebih dari peserta.
“Saya menyayangkan saja kejadian ini terjadi, Diskualifikasi itu kalau Lubuk Linggau melakukan pelanggaran keras, misalnya Supporter mereka anarkis, pemain dalam kondisi mabuk, Manager atau pelatih berkelahi, nah Lubuk Linggau di keluarkan dari turnamen tidak bisa mengikuti pertandingan sama sekali, tapi di THB justru kita lihat tidak ada kalimat Diskualifikasi terhadap TIM, justru BB WO. Nah panitia harus bisa membedakan antara WO dan Diskualifikasi,”, tegasnya.
Pewarta: Sadiman
Editor : Firman