JAMBI, Beritategas.com – Setelah memuji kepada Allah SWT, bershalawat kepada Baginda Nabi Agung Muhammad Saw, keluarga serta sahabatnya, izinkan saya untuk berwasiat kepada kita semua, khususnya pada diri saya sendiri.
Marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Yakni mengerjakan apa yang diperintahkan serta menjauhi apa yang dilarang, kapan pun dan dimana pun, dalam keadaan bagaimana pun, senang maupun susah, gembira ataupun sedih. Karena dengan kita bertakwa, Allah Swt pasti akan menjamin kehidupan kita baik di dunia maupun di akhirat, juga memberikan jalan keluar atas setiap masalah yang kita hadapi. Hal ini disampaikan Ustadz Sadam Husen, S.Ag kepada Beritategas.com, Jumat (1/09/2023).
Ustadz Sadam Husen mengingatkan kepada kita, Segala puji bagi Allah SWT yang telah mentakdirkan kita sebagai umat terbaik di antara umat-umat yang lain.
”Sebagai seorang muslim yang baik seharusnya kita tak sewenang-wenang saat Allah Swt memberi kejayaan, karena Allah Swt mampu memutar balik segala keadaan. Kita harus tetap tekun beribadah dalam keadaan apapun, jangan sampai harta dunia melemahkan kualitas ibadah yang kita lakukan”, ujarnya.
Allah Swt berfirman:
Tidaklah kami menciptakan jin dan manusia kecuali hanya semata-mata untuk beribadah. (QS. Adz- Dzariyat: 56)
Selanjutnya, Kita semestinya menilai dan berpikir harta dunia sifatnya adalah pendukung semata untuk taat beribadah.
Ulama telah sepakat bahwa tuntutan-tuntutan syariat tak akan gugur dari seorang mukallaf (akil balig) kecuali kematian dan gila. Termasuk beribadah shalat, selagi masih berakal, maka kewajiban shalat tetap ada, baik dengan duduk, tidur miring, tidur terlentang atau bahkan isyarat dengan kepala.
Sebagaimana firman Allah:
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. Al-Nisa’: 103)
Jangan sampai pekerjaanmu mengganggu shalatmu. Dalam sebuah Hadits disebutkan: Barang siapa bertemu Allah sementara ia menyia-nyiakan shalat, maka Allah tidak memperdulikan kebaikan-kebaikannya.
Tidak ada agama tanpa shalat. Posisi shalat dalam agama seperti kepala dalam jasad.
Imam Hasan al-Bahsri, dikutip dalam kitab Tabsiroh, karya Ibnul Jauzi, berkata:
Jika urusan shalatmu sudah kau anggap sepele, maka apa yang sebenarnya kau anggap penting.
Demikian pesan ustadz Sadam kepada kita semua.
Ketahuilah, untuk bisa bersyukur dengan sempurna pada Allah Swt adalah dengan menjahui durhaka pada Allah SWT. Ketahuilah pula bahwa sumber kemaksiatan ada tiga: kibr, hasad, hirshu.
Kibr adalah sumber kedurhakaan Iblis, tepatnya di saat Iblis menyombongkan diri pada Nabi Adam As tatkala Allah Swt memerintahnya sujud pada Nabi Adam As. Dalam menceritakan Iblis, Allah Swt berfirman:
Iblis menjawab, “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS. Al-A’raf: 12)
Sehingga Iblis dianggap patut untuk dikata nista dan tertolak dari rahmat serta mendapatkan kebinasaan yang abadi. Takutlah engkau memiliki sifat kibr. Kibr adalah dosa pertama yangg dilakukan untuk mendurhakai Allah Swt di langit. Orang yang sombong adalah orang yang tak tunduk pada sesuatu yang haq dan ahlul haq.
Ibnu Mas’ud Ra berkata: “Sungguh dosa terbesar di sisi-Nya adalah ketika seseorang dinasehati, “takutlah kamu pada Allah”, tetapi dia malah menjawab, “urus saja dirimu sendiri”
Dalam Hadist Qudsiy disampaikan: “Kibr dan keagungan adalah pakaianku, barang siapa yang melepaskanya dari-Ku niscaya akan Kumasukkan dia ke neraka.”
Kalau saja kita merenungkan apa yang ada di dalam tubuh ini, niscaya kita tak akan pernah bisa untuk merasa sombong.
Wahai orang yang diciptakan dari debu, dan yang akan tertelan oleh debu, janganlah kau sombong.
Sadarilah, karena esok kau pasti akan hancur dimakan bumi. Di saat kau merasa kuat untuk menzalimi orang lain, lihatlah kekuatan Allah Swt Yang Maha Agung lagi Maha Perkasa masih jauh sekali di atasmu.
Sumber maksiat yang kedua adalah hasad. Ini adalah cikal bakal maksiat Qabil, putra Nabi Adam As sekira tertulis dalam Al-Quran: Maka hawa nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar- benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi.
Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata: “Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Maka jadilah dia termasuk orang yang menyesal. (QS. Al-Maidah: 29-31)
Lebih lanjut Ust Sadam mengingatkan, dalam sebuah Hadis disebutkan:
Tidaklah seseorang dibunuh tanpa bersalah kecuali yang membunuh akan menanggung darahnya, karena dialah yang memulai pembunuhan. Seseorang yang menolong untuk membunuh muslim walau hanya sebatas untaian kata niscaya Allah akan menulisakan di antara kedua matanya, “terputus dari rahmat Allah”.
Di sisi Allah Swt kemuliaan seorang mukmin jauh lebih agung daripada kemuliaan Ka’bah. Apabila seseorang merobohkan Ka’bah dan membakarnya, dosanya tak akan melebihi dosa orang yang menggusarkan atau menakut-nakuti orang Islam. Kalau begitu, bagaimana bila melakukan tipu daya? Bagaimana bila melakukan kezaliman? Bagaimana dengan menghianatinya? Bukankah akan jauh lebih besar?
Sumber maksiat yang terakhir adalah hirshu, yaitu bangga dunia. Ini merupakan cikal bakal maksiat Nabi Adam As di saat beliau makan buah dari pohon terlarang itu.
Ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa Nabi Adam As dan Hawa As di saat makan buah tersebut, baju dan perhiasan mereka tiba-tiba berterbangan ke atas, lalu malaikat Jibril pun datang menghampiri dan melepas mahkota yang mereka kenakan, dan dipanggillah mereka oleh Allah Swt, “Wahai Nabi Adam, keluarlah engkau dari singgasana-Ku. Yang durhaka pada-Ku sungguh tak pantas bersama-Ku”. Ketahuilah, semua ini karena menyukai syahwat duniawi. Takutlah engkau, wahai muslim, pada kegemaranmu mencari dunia dan terlena karenanya sampai-sampai kau melalaikan hak-hak Allah, shalat tak tepat waktu, terlambat shalat Jum’at, terlambat berjamaah, terlambat mendatangi majlis ilmu atau sampai-sampai bisa membuatmu melakukan keharaman seperti menipu, berkhianat, tipu daya, berniaga tanpa kejujuran, memakan harta orang lain dan lain sebagainya.
Oleh karenanya bersyukurlah kamu pada Allah Swt dengan senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala sumber kemasiatan yang ada, sehingga menjadi pribadi muslim yang sempurna untuk meraih ridho-nya. Tutur ustadz Sadam Husen.
Pewarta: A. Erolflin
Editor: Firman