Penulis : Aden Nopriyan Deni
Dosen Pengampu : Mazda Leva Okta Safitri, M.Pd dan Dwi Cahaya Nurani, M.Pd
FKIP PGSD Universitas Sriwijaya
Kurikulum Merdeka menjadi salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam Kurikulum Merdeka, peserta didik tidak hanya dibentuk menjadi cerdas. Namun, juga berkarakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila atau yang disebut sebagai wujud Profil Pelajar Pancasila.
Profil Pelajar Pancasila dirancang untuk menjawab satu pertanyaan besar, yaitu “Pelajar dengan profil (kompetensi) seperti apa yang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan Indonesia?”. Maka, munculah jawaban pertanyaan tersebut, yaitu “Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila”, itulah sebabnya dalam kurikulum merdeka sangat ditekankan tentang Profil Pelajar Pancasila.
Berdasarkan penjelasan Kemendikbudristek di website resminya, konsep profil pelajar Pancasila dirancang untuk jadi acuan pencapaian kompetensi peserta didik di Indonesia. Kompetensi profil pelajar Pancasila dirumuskan berdasarkan 6 dimensi, yaitu: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; 2) Berkebinekaan global; 3) Bergotong-royong; 4) Mandiri; 5) Bernalar kritis; serta 6) Kreatif.
Kompetensi profil pelajar Pancasila itu dibentuk dengan dukungan budaya sekolah, pembelajaran intrakurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, serta proyek berbasis tema tertentu. Metode yang terakhir disebut projek penguatan profil pelajar Pancasila.
Dalam buku panduan pengembangan projek penguatan profil pelajar Pancasila, projek penguatan profil pelajar Pancasila berupa proyek lintas disiplin ilmu yang bersifat konseptual dan berbasis pada kebutuhan masyarakat. Proyek juga bisa berkaitan dengan masalah di lingkungan sekolah.
Melalui kegiatan proyek, peserta didik dapat mempelajari isu-isu penting di kehidupan masyarakat, seperti perubahan iklim, anti-radikalisme, kewirausahaan, berdemokrasi, dan lain sebagainya. Peserta didik juga didorong melakukan aksi nyata untuk menjawab permasalahan yang terkait dengan isu-isu tersebut.
Dalam pelaksanaannya projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) bisa dilakukan secara fleksibel dari segi muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaan, tapi tema-tema proyek telah diatur dalam regulasi tersebut. Proyek itu didesain supaya peserta didik dapat melakukan investigasi, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.
Dalam pelaksanaan proyek, peserta didik bekerja pada periode waktu yang telah dijadwalkan untuk menghasilkan suatu produk atau aksi tertentu.
Secara konseptual, proyek pelajar Pancasila mesti memenuhi 4 prinsip, yakni holistik (cara berpikir yang utuh), kontekstual (berbasis pada pengalaman di kehidupan sehari-hari), berpusat ke peserta didik (pelajar menjadi subjek yang aktif dalam pembelajaran), dan eksploratif (jangkauan luas).
Pada penerapannya proyek penguatan profil pelajar Pancasila di jenjang sekolah dasar dibedakan menjadi tiga kategori sesuai fase usia peserta didik di jenjang sekolah dasar. Ketiganya adalah Fase A (usia 6-8 tahun) kelas 1-2, Fase B (usia 8-10 tahun) kelas 3-4, Fase C (10-12 tahun) kelas 5-6.
Dalam Kepmendikbudristek Nomor 262/M/2022 telah ditentukan tema-tema proyek pelajar Pancasila di sekolah dasar yaitu, 1) Gaya Hidup Berkelanjutan; 2) Kearifan Lokal; 3) Bhineka Tunggal Ika; 4) Bangunlah Jiwa dan Raganya; 5)Suara Demokrasi; 6)Rekayasa teknologi; 7) Kewirausahaan; serta 8)Kebekerjaan).
Contoh atau gambaran penerapan projek penguatan profil pelajar Pancasila bisa dilihat sebagai berikut.
“Pak Abdullah aktif berkegiatan di komunitas lingkungan. Akhir-akhir ini, di Ternate sering terjadi krisis air bersih karena mata air mengering. Ketika SD dampingannya berkonsultasi untuk merancang projek profil, Pak Abdullah menyarankan tema Gaya Hidup Berkelanjutan, topik “Konservasi Air”.
Siswa belajar tentang siklus air, lalu menyelidiki penyebab keringnya mata air. Ternyata sebabnya adalah kerusakan hutan di lereng Gunung Gamalama, akibat erupsi pada tahun sebelumnya.
Siswa dan sekolah sepakat membuat aksi penghijauan lereng gunung. Pak Abdullah bantu menghubungi DLHK untuk mendapat bantuan bibit pohon. Setelah penanaman, siswa kerap berkunjung untuk menjenguk dan merawat pohon mereka. Dimensi Akhlak Mulia, khususnya Akhlak terhadap Alam, berkembang pesat pada diri siswa setelah menjalani proyek profil ini.”
Berdasarkan contoh diatas bisa kita lihat bagaimana projek penguatan profil pelajar Pancasila membuat peserta didik melakukan investigasi, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan sehingga dapat memberikan pengalaman langsung bagi peserta didik dan bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Editor : Firman