Sejarah Kepahlawanan Polisi Istimewa Komjen Pol M Yasin

PALEMBANG- Beritategas.com – Institusi Kepolisian juga memiliki pahlawan dan tokoh panutan yang berperan penting bagi kewibawaan instusi penegak hukum, yaitu Komjen Pol M Yasin, hal ini dikatakan Karo SDM Polda Sumsel Kombes Pol Sudrajad Hariwibowo SiK, MSi kepada Wartawan usai Kegiatan Sosialisasi Sejarah Kepahlawanan dan Polisi Istimewa Komjen Pol (Purn) M. Jasin diruang Rapat Biro SDM Presisi Lantai II Gedung Promoter Mapolda Sumsel Jalan Jenderal Sudirman Palembang, Jumat (07/06).

Kegiatan Sosialisasi sejarah Kepahlawanan dan Polisi Istimewa Komjen Pol (Purn) M Jasin dipimpin Karo SDM Kombes Sudrajad Hariwibowo,SIK,MSi bersama Kabag Watpers Ro SDM Polda Sumsel AKBP Fachrudin Jaya, SIK.

Bacaan Lainnya

Turut hadir dalam Kegiatan tersebut Para Kasubbag renmin Satker Polda Sumsel diikuti Para Kabag SDM jajaran Polda Sumsel secara virtual.

Dalam Kegiatan ini dilaksanakan juga sosialisasi penayangan video singkat yang mengisahkan perjalanan hidup dan perjuangan M Yasin, seorang pejuang yang lahir di Bau-Bau, Sulawesi Tenggara pada 9 Juni 1920.

M Yasin adalah turunan keenam dari Raja Bone ke-22, Sultan Abdul Razak Jalaludin, yang merupakan keturunan ulama dan tokoh Islam yang dihormati
Ayah M Yasin yang merupakan seorang saudagar dari Bone, yang merantau ke Buton dan menjadi pedagang kelontong di Jawa Timur. Setelah ibunya meninggal M Yasin kemudian disekolahkan di Makassar oleh pamannya dan menjadi seorang polisi, meskipun cita-citanya sebenarnya ingin menjadi penerbang.

Yasin menunjukkan kecemerlangannya dalam kepolisian, baik pada masa pendudukan Belanda, Jepang, maupun setelah kemerdekaan. Pada 5 November 2015, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional dan menjadi polisi pertama dalam sejarah Republik Indonesia yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.

Yasin juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Ia menjadi komandan tokoh BPUPKI di Surabaya, yang merupakan satu kesatuan politik yang dibentuk pada masa pendudukan Jepang.

Selain itu ia terlibat dalam pertempuran di Surabaya setelah proklamasi kemerdekaan, yang memelopori kesadaran akan kemampuan diri sendiri dan identitas bangsa serta membangkitkan militansi pemuda
pemuda di Surabaya.

Yasin juga diakui sebagai pendiri Brimob, yang merupakan kesatuan polisi khusus, dan turut berperan dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan, termasuk dalam menghadapi Agresi Militer Belanda, membantu penanggulangan gerakan APRA dan gerakan separatis lainnya seperti Gerakan Darul islam.

“Keteladanan dari Komjen M Yasin bisa mengajarkan banyak nilai-nilai kepahlawanan dan dedikasi seorang polisi dalam berjuang mengorbankan hidupnya untuk kepentingan negara dan bangsanya,” kata mantan Kapolres Balangan Polda Kalsel dalam penjelasannya.

Alumni Akpol 96 ini juga mengajak seluruh para Kasubbag renmin dan Kabag SDM dan Personil Jajaran untuk mentauladani serta tetap menjaga semangat kebersamaan dalam mengikuti kegiatan Sosialisasi tersebut dan menjadikan momentum ini sebagai titik tolak untuk menciptakan perubahan positif bagi insan Bhayangkara guna terwujudnya kemajuan institusi Polri.

Ditempat yang sama Kabag Watpers AKBP Fachrudin Jaya SIK menambahkan Komisaris Jenderal Polisi (Purn) DR. H. Moehammad Jasin adalah tokoh pejuang yang berasal dari kepolisian. Salah satu aksi yang dilakukan Jasin adalah memproklamasikan Polisi Istimewa atau Tokubetsi Keisatsu Tai menjadi Polisi Republik Indonesia.

Sebelumnya Polisi Istimewa adalah badan kepolisian yang dibentuk pemerintahan militer Jepang. Jasin-lah yang menjadi komandannya di Surabaya. Oleh sebab itu, Jasin pun dikenal sebagai Bapak Brimob Polri.

Menurut Fachruddin Jaya, Pendidikan Moehammad Jasin lahir di Bau-Bau, Sulawesi, 9 Juni 1920. Ia adalah putra semata wayang dari Haji Mekah dan Siti Rugayah.

Jasin memulai pendidikannya pertama kali di Volkschool atau sekolah rakyat di Bau-Bau. Lulus dari sekolah rakyat, Jasin melanjutkan sekolahnya di Hollands Inlandsche School (HIS) di Makassar atau sekolah menengah pertama.

Terakhir ia bersekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), setingkat sekolah menengah atas, di Makassar.

Seusai menyelesaikan pendidikannya, tahun 1941, Jasin bergabung dalam pendidikan kepolisian di Sekolah Polisi di Sukabumi, Jawa Barat. Sempat merasa tidak suka di kepolisian, Jasin kemudian mencoba mengikuti pelatihan penerbangan militer di Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM) di Bandung.

Namun, keinginannya tersebut tidak direstui oleh kedua orangtuanya. Akhirnya, Jasin pun kembali menjalani pendidikan di kepolisian.

Selesai mengikuti pendidikan, Jasin pun mendapat pangkat Hoofd Agent (bintara). Pada awal kependudukan Jepang di Indonesia, Jasin kembali ke Sukabumi. Di sana ia mengikuti pendidikan polisi milik Jepang yang lebih menekankan pada pendidikan militer.

Sesudah itu, Jasin ditempatkan di Gresik. Ia bertugas sebagai instruktur di Sekolah Polisi di Surabaya, tempat mendidik para calon anggota Polisi Istimewa Jelas mantan Kasat lantas Polrestabes Palembang.

Jasin ikut terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tindakan cukup monumental yang pernah dilakukan Jasin adalah saat ia memproklamasikan perubahan Polisi Istimewa menjadi Polisi Indonesia.
Proklamasi tersebut ia kumandangkan pada 21 Agustus 1945. Melalui proklamasi ini, Jasin berarti telah melepaskan keterikatan Polisi Istimewa dengan Jepang.

Hal ini juga telah mengubah status polisi dari polisi kolonial menjadi polisi negara merdeka. Proklamasi tersebut sekaligus menjadi bentuk antisipasi terhadap adanya kemungkinan Jepang melucuti senjata Polisi Istimewa.

Bulan-bulan pertama pasca proklamasi kemerdekaan, Surabaya menjadi kota yang sangat “panas”. Pasalnya telah banyak terjadi perebutan senjata dari pasukan Jepang dan pertempuran melawan Sekutu.

Beberapa hari setela Pertempuran Surabaya meledak, melalui sebuah radio Jasin mengumumkan bahwa pasukan Polisi Istimewa yang ia pimpin telah dimiliterisasi.

Oleh sebab itu, mereka harus diikutsertakan dalam pertempuran. Selama Pertempuran Surabaya berlangsung, Jasin memimpin pasukannya dalam pertempuran di beberapa tempat.

Menjelang akhir November 1945, Jasin meninggalkan Surabaya dan memindahkan markasnya ke Sidoarjo. Selain terlibat dalam pertempuran Surabaya, peran Jasin juga tidak terlepas dari keterkaitan dengan Mobiele Brigade (Mobbrig) atau yang sekarang disebut Brigade Mobil (Brimob).

Moehammad Jasin diangkat menjadi Komandan Mobiele Brigade Besar (MBB) Jawa Timur. Ia juga menjadi Koordinator Mobrig di semua keresidenan di Jawa Timur.

Selain berkiprah di bidang kepolisian, Jasin juga pernah menjabat sebagai sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA), anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).

Komjen Pol. (Purn) DR. H. M. Jasin wafat pada Kamis, 3 Mei 2012. Beliau wafat di RS Polri Kramat Jati. Jasadnya kemudian dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

“Untuk mengenang jasa-jasanya, berdasarkan Keputusan Presiden No. 116/TK/Tahun 2015, 5 November 2015, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional”.
Tutupnya.

Pewarta: Sadiman
Editor : Firman

Ikuti Kami di :banner 300x250
banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.