Refleksi Kepemimpinan: Sebuah Pengingat akan Integritas dan Ketulusan

YOGYAKARTA, Beritategas.com – Di tengah dinamika politik yang semakin memanas, muncul sebuah fenomena menarik di media sosial, khususnya di Facebook. Hasan Sabilah, seorang mahasiswa asal Empat Lawang yang saat ini menempuh pendidikan di Yogyakarta, menyoroti tulisan seorang kandidat yang dinyatakan tidak lolos oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Dalam tulisan tersebut, kandidat tersebut menampilkan dirinya sebagai sosok yang seolah-olah suci, bersih, dan paling bertakwa, seraya menyerukan untuk memilih pemimpin yang tidak zalim dan tidak curang.

Namun, Hasan Sabilah mengingatkan bahwa pesan tersebut perlu ditelaah lebih dalam. Ia mengungkapkan bahwa ada sejarah kelam yang pernah terjadi di Empat Lawang, di mana seorang pemimpin yang menang di Mahkamah Konstitusi (MK) justru terbukti curang.

Akibatnya, pemimpin tersebut tidak hanya kehilangan jabatannya, tetapi juga harus mendekam di penjara, dengan hak politiknya dicabut.

Ini menjadi peringatan bahwa kesucian dan integritas yang ditampilkan di permukaan belum tentu mencerminkan kebenaran yang sesungguhnya.

Hasan mengajak kita semua untuk tetap mendukung prinsip mencari pemimpin yang jujur, bersih, dan tidak zalim. Namun, ia juga menegaskan bahwa seseorang yang menyampaikan pesan moral seperti ini harus memiliki kesadaran diri yang tinggi.

Jangan sampai pesan tersebut justru menjadi “menepuk air didulang, terpercik muka sendiri,” yakni sebuah ironi di mana kritik yang dilontarkan berbalik menyerang diri sendiri.

Menurut Hasan, sikap “sok bersih” dan “sok alim” yang ditunjukkan oleh kandidat tersebut justru bisa mencerminkan kemunafikan.

Terlebih lagi, ketika pesan moral yang dibawa dibarengi dengan upaya menjelekkan pihak lawan.
Hasan menilai, dalam konteks politik, ketulusan bukanlah tentang membangun citra diri yang tanpa cela, melainkan tentang bagaimana seorang pemimpin bertindak secara konsisten dalam integritas dan kepedulian terhadap rakyatnya.

Hasan secara tegas menyatakan dukungannya kepada JM, sosok pemimpin yang dianggap masih menjadi yang terbaik untuk Kabupaten Empat Lawang.

Di bawah kepemimpinan JM, masyarakat merasa aman dan puas karena responsif terhadap segala keluhan rakyat, dan yang paling penting, JM tidak terjebak dalam perang citra dengan menjelekkan rival politiknya.

Bagi Hasan, ini adalah ciri pemimpin yang memiliki karakter sejati, yang lebih mementingkan kerja nyata dibandingkan retorika politik.

Di akhir narasinya, Hasan mengajak seluruh masyarakat untuk tetap mendukung JM dalam mempertahankan kepemimpinan di Empat Lawang.

“Hidup JM, lanjutkan!” serunya, sebagai bentuk harapan bahwa kepemimpinan JM akan terus membawa manfaat bagi masyarakat luas, tanpa perlu terjebak dalam permainan citra yang sering kali menyesatkan.

Dengan demikian, narasi ini bukan hanya menjadi refleksi atas dinamika politik lokal, tetapi juga pengingat bagi kita semua bahwa integritas seorang pemimpin harus dinilai dari tindakan nyata, bukan sekadar kata-kata yang terlihat baik di permukaan. Minggu (13/10).

Penulis : Thomas
Editor : Firman

Ikuti Kami di :
banner 300x250

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.