JAMBI, Beritategas.com – Marilah kita bersama sama meningkatkan Kualitas Iman dan Taqwa kita kepada Allah dengan berusaha maksimal menjalankan keta’atan kepada Allah ,menghindari diri dari segala bentuk kemaksiatan dan dosa.
Solawat dan salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Salallahu alaihiwas salam beserta keluarganya kerabatnya sahabatnya dan semoga pada hari yang dijanjikan nanti kita semua beroleh SYAFA’AT dari beliau Aamiin Allahhumma Aamiin.
Pada kesempatan yang berbahagia hari ini Jumat, 21 Juni 2024, kita bersua kembali dengan Ustadz Sadam Husen, S.Sy dalam kajian ‘Sabar yang Terjeda’
Bapak/ibu, sabar pada hakekatnya adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak kita sukai.
Sabar juga terdapat beberapa bagian yaitu
1. Sabar dalam menjalankan keta’atan kepada Allah.
2. Sabar dalam tertimpa musibah .
3. Sabar dalam menahan amarah.
Dalam sebuah hadits diri riwayatkan oleh imam Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnud Majah
Artinya : Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia suka (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah.
Janji Allah yang hampir tidak kita ketahui, Sungguh kemulia’an yang tidak ada pada amalan lain kecuali menahan amarah.
Sabar dalam da’wah termasuk sabar dalam menjalankan keta’atan kepada Allah.
Allah berfirman dalam Al Qur’an
Artinya : Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
‘Aisyah Radhiyallahu anhuma bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai, Rasulullah! Pernahkah engkau melewati suatu hari yang lebih berat dari peperangan Uhud?”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ”Aku telah mengalami gangguan dari kaum-mu. Peristiwa yang paling berat kulalui adalah pada hari ‘Aqabah. Aku mendatangi Ibnu ‘Abdil-Lail bin Abdi Kilal, namun ia tidak menyambutku.
Aku bergegas pergi dalam keadaan sedih bukan kepalang. Aku baru menyadari ketika telah sampai di daerah Qarnuts-Tsa’âlib. Aku angkat kepalaku, dan tiba-tiba terlihat awan yang menaungiku.
Aku amati, dan muncullah Jibril seraya berseru, ’Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mendengar perkataan dan penolakan kaummu. Dia Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus malaikat penjaga gunung untuk siap engkau perintah’. Malaikat penunggu gunung pun memanggil dan mengucapkan salam kepadaku, seraya berseru: “Wahai, Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar penolakan kaummu. Dan aku penjaga gunung mendapat titah untuk menerima perintahmu sesuai dengan kehendakmu. Jika engkau mau, maka aku akan benturkan dua gunung ini di atas mereka”.
(Mendengar seruan malaikat ini), beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam justru berkata:
Sesungguhnya aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang beribadah kepada Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dengan apapun. [HR Muslim no. 4629
Para sahabat Beritategas.com yang berbahagia,
Salah satu sabar dalam berda’wah adalah sabar tidak mengeluh dan tidak dendam jika da’wahnya tidak direspon,tidak didengar bahkan dicemo’ohkan bahkan didzolimi oleh orang yang kita da’wahi.
Ketahuilah, fahala besar dari sebuah kezholiman yang seandainya kita alami takkan pernah mampu kita kejar dengan bentuk amal ibadah sehari hari,
Sabar dalam tertimpa musibah baik kecil ataupun besar kehilangan harta benda bahkan nyawa keluarga kita, sabar seperti ini sulit kita lakukan, hampir hampir dapat fahala sabar, tapi kebanyakan hampir dapat, karna sabarnya sudah terjeda dengan sumpah serapah, tuduh menuduh jika kehilangan harta benda, meratap jika kehilangan nyawa keluarga.
Padahal sabar itu yang termasuk katagori sabar adalah langsung bisa dikembalikan kepada Allah, apa apa yang hilang dengan ucapan Innalillahi wa Inna ilaihiro ji’un, tidak terjeda sampai berhari hari baru bisa sabar.
Maka sabar jenis ini belum bisa dikatakan sabar yang sesungguhnya. Namun bisa digolongkan kepada sabar yang tertunda.
Kita bukan nabi juga bukan ulama atau para wali, kita manusia yang terbatas, tapi ingat sabar tidak pernah terbatas, Karna yang terbatas itu bukan sabarnya tapi kemampuan kita untuk bersabar, itulah yang terbatas.
Demikianlah perjumpaan kita di Jum’at ini semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk bisa bersabar dalam segala keadaan Aamiin.. Ya Robbal Aalamiin.
Pewarta: A. Erolflin
Editor : Firman