JAMBI, Beritategas.com – Bulan Sya’ban sering disebut sebagai “Bulan Nabi” karena keistimewaannya dalam sejarah Islam dan perhatian khusus Rasulullah SAW terhadap bulan ini. Sebagai salah satu bulan yang memiliki banyak keutamaan, Sya’ban menjadi momen penting bagi umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan mempersiapkan diri menyambut Ramadhan.
Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah, saat ini kita sudah berada di Jum’at kedua bulan Sya’ban tepatnya tanggal 8 Sya’ban 1446 H (07/02/2025). Alhamdulillah kita masih bisa ditemani Ustadz Sadam Husen, S.Sy dalam pokok kajian ”Sya’ban Bulan Mulia yang Sering Dilupakan”.
Salah satu nikmat yang Allah Subhana wata’ala berikan kepada umat Nabi Muhammad Salallahu alaihiwas salam adalah nikmat berupa waktu-waktu kebaikan.
Di dalamnya hamba-hamba Allah yang saleh akan berlomba-lomba memanfaatkan kesempatan seperti ini untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhana wata’ala, mencari rida-Nya, dan beribadah dengan sebaik-baiknya.
Imam Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Muhammad bin Maslamah yang berkata bahwa Rasulullah Salallahu alaihiwas salam bersabda :
Sesungguhnya bagi Tuhan kalian di hari-hari sepanjang tahun kalian ada nafahat (tiupan), maka mendekatlah kepada-Nya, boleh jadi tiupan itu akan mengenaimu, sehingga kalian tidak akan pernah celaka selamanya.”
Sebagian nafahaat (tiupan) itu tengah menyapa hari-hari kita belakangan ini hingga beberapa pekan ke depan. Yaitu tiupan kebaikan dalam bulan Sya’ban. Bulan yang terletak di antara bulan Rajab dan Ramadan ini digunakan oleh Nabi Salallahu alaihiwas salam sebagai momentum untuk meningkatkan ibadah, baik secara kualitas mau pun kualitas.
Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah,
Disebutkan dalam beberapa hadits tentang keutamaan Sya’ban.
Pertama, dari Aisyah RA, beliau mengatakan,
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa dalam sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa dalam sebulan selain di Bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, dari Ummu Salamah RA, beliau berkata :
“Saya belum pernah melihat Nabi Salallahu alaihiwas salam berpuasa dua bulan berturut-turut selain di bulan Sya’ban dan Ramadan.” (HR. Tirmizi)
Menurut ust. Sadam, mengapa Rasulullah Salallahu alaihiwas salam menggandakan semangat dalam beribadah di bulan Sya’ban seperti sekarang. Setidaknya ada dua alasan yang bisa kita petik.
Pertama, bulan Sya’ban banyak dipandang sebelah mata dan banyak pula orang yang melalaikannya. Oleh karena itu, Nabi Salallahu alaihiwas salam memberikan contoh kepada kita agar tidak melupakannya, dengan beliau menghidupkan hari-hari di dalamnya dengan ibadah.
Selain itu, beliau ingin menunjukkan kepada umat keutamaan beribadah di saat sebagian manusia berada dalam kelalaian.
Secara umum kita sangat memerhatikan bulan Rajab yang diharamkan oleh Allah dengan segala keistimewaannya. Ketika bulan tersebut sudah lewat dan memasuki bulan Sya’ban, kita menganggap tidak mendapatkan lagi kesempatan yang istimewa sehingga melalaikan ibadahnya karena bosan atau putus asa.
Inilah yang diingatkan oleh Rasulullah agar kita tidak terlena atau kendor semangatnya dalam menyambut bulan Sya’ban, karena bulan ini tidak kalah istimewanya dengan bulan sebelumnya.
Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah
Alasan kedua, bulan Sya’ban bulan diangkatnya amal perbuatan sehingga beliau Rasulullah ingin amal-amal yang dilaporkan itu adalah amal-amal kebaikan bukan keburukan.
Dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya, “Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan sebagaimana Anda berpuasa di bulan Sya’ban.”
Muhammad Salallahu alaihiwas salam,
“Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadan. Ini adalah bulan di mana amal-amal diangkat menuju Rabb semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR. An-Nasa’i)
Pada bulan itu seluruh amal manusia disaring, amal yang tulus ikhlas mencari rida-Nya maka akan diterima oleh Allah. Sebaliknya amal yang tidak tulus maka akan dikembalikan kepada pemiliknya.
Bagi yang amalnya diterima maka dia akan terbebas dari rasa bosan dan jenuh sehingga akan selalu mengerjakan amal salehnya dengan ikhlas. Kebahagiaan akhirat menunggunya karena amal perbuatannya di dunia tidak sia-sia.
Bagi yang amal perbuatanya ditolak dan dikembalikan, maka amal-amal mereka hanyalah menghiasi mata mereka di dunia, mereka mengira amal yang telah dilakukan akan menyelamatkan mereka dari siksaan akhirat.
Mereka juga mengira kalau amalnya akan mendapat pahala dari Allah, padahal dugaan mereka tidak sesuai dengan kenyataan yang diterima.
Riwayat di atas memberi isyarat bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam menggunakan waktunya semaksimal mungkin dan juga tenaganya sekuat mungkin untuk beribadah pada bulan Sya’ban ini.
Berpuasa bagi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan rutinitas ibadah harian yang selalu menghiasi hidupnya bahkan ketika keluarganya tidak mempunyai persediaan makanan, beliau meneruskan puasa sampai datang waktu magrib.
Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah,
Demikianlah semangat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mengisi masa kehidupannya dengan ketaatan kepada Allah Subhana wata’ala, padahal dosa-dosa beliau yang lalu dan akan datang telah diampuni.
Begitu pula dengan semangat para sahabat yang jika diserukan kepada kebaikan, mereka berlomba-lomba dalam mengerjakannya, seakan ayat berikut ini ditujukan khusus kepada mereka :
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu serta mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran : 133)
Mari bersama kita mengisi hari-hari dalam kehidupan ini khususnya di bulan Sya’ban seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam memuliakan Bulan Sya’ban dapat dilakukan melalui beberapa amalan berikut:
Berpuasa Sunnah: Memperbanyak puasa sunnah, terutama pada hari-hari putih (13, 14, dan 15 Sya’ban).
Memperbanyak Doa dan Istighfar: Menggunakan malam Nisfu Sya’ban untuk memohon ampunan dan keberkahan kepada Allah.
Meningkatkan Kualitas Ibadah: Menambah intensitas membaca Al-Qur’an, shalat sunnah, dan zikir harian.
Bertaubat dan Memperbaiki Diri: Memanfaatkan Bulan Sya’ban sebagai waktu untuk introspeksi diri dan memperbaiki hubungan dengan Allah serta sesama manusia.
Semoga kita termasuk dalam golongan hamba yang mampu memuliakan Bulan Sya’ban sebagaimana Rasulullah SAW memuliakannya.
Pewarta: A.Erolflin
Editor: Firman