JAMBI, Beritategas.com – Pertama-tama, marilah kita bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam, sehat dan sempat sehingga pada kesempatan yang berbahagia kali ini kita masih bisa bersua kembali dalam kajian ilmu bertemakan “3 Sarana Meraih Takwa”.
Shalawat berbingkai salam marilah kita sanjungkan kepada uswah hasanah kita, suri teladan kita, serta manusia terbaik, yakni Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, tabiin, tabiut tabiin, serta seluruh umat beliau yang terus istiqamah mengikuti jejak-jejaknya hingga sangkakala ditiup.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, Jum’at 27 September 2024/ 23 Rabiul Awal 1446 H saya Ustaz Sadam Husen, S.Sy mewasiatkan kepada pembaca untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita pada Allah subhanahu wata’ala dengan sebenar-benar takwa.
Imam Hasan al-Mas’udi, dalam Taisirul Khallaq halaman 4, mengatakan bahwa takwa adalah mengerjakan perintah-perintah Allah subhanahu wata’ala dan menjauhi segala larangan-Nya, baik dalam kesendirian maupun keramaian.
Selain menjadi perintah, takwa juga menjadikan seseorang yang melaziminya akan mendapat manfaat, baik di dunia mau pun di akhirat. Seperti, diberi jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapi, datangnya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, dan menjadi manusia terbaik di sisi Allah.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Bicara masalah takwa merupakan sesuatu yang urgen. Seseorang hamba hidup di dunia ini sejatinya untuk beribadah dan mencari bekal sebanyak-banyaknya, dan sebaik-baik bekal bagi seorang hamba adalah takwa kepada Allah.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, al-Quran Surat al-Baqarah ayat 197,
“Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!”
Oleh karena itu, sifat takwa merupakan hal yang harus dimiliki oleh setiap hamba yang menginginkan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Maka pertanyaan selanjutnya adalah: bagaimana agar bisa mendapatkan sifat takwa?
Dalam kitab Taisirul Khallaq halaman 4, Imam Hasan al-Mas’udi menyebutkan, bahwa setidaknya ada tiga jalan yang bisa ditempuh oleh seseorang supaya mendapatkan sifat takwa. Apa sajakah itu?
Pertama: Menyadari siapa dirinya
Sarana pertama dalam mencapai takwa adalah menyadari siapa diri kita di hadapan Allah subhanahu wata’ala. Kita adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah, lemah dan tidak berdaya tanpa izin-Nya.
Seperti yang Allah subhanahu wata’ala firmankan, Al-Quran Surat an-Nisa ayat 28,
“Karena manusia diciptakan (bersifat) lemah.”
Dan firman-Nya, al-Quran Surat ar-Rum ayat 54,
“Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.”
Kesadaran ini sangat penting. Karena dengan menyadari hakikat diri sebagai hamba Allah, kita akan menjauhkan diri dari sifat-sifat buruk, seperti sombong, angkuh, dan meremehkan orang lain. Selain itu, kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, al-Quran Surat az-Zariyat ayat 56,
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
Tujuan Allah menciptakan jin dan manusia, dan Allah mengutus semua rasul untuk menyeru menyembah Allah yang mencakup berilmu tentang Allah, mencintai-Nya, kembali kepada-Nya, menghadap kepada-Nya, dan berpaling dari selain-Nya.
Seorang muslim yang menyadari dirinya sebagai hamba akan senantiasa melakukan muhasabah, introspeksi diri, merenungkan apa yang telah ia lakukan dan apa yang belum ia lakukan sebagai bekal di akhirat nanti.
Dalam setiap gerak langkah, ia akan berusaha menjaga dirinya dari perbuatan yang melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya.
Kedua: Selalu mengingat-ingat nikmat, karunia, dan anugerah yang telah Allah berikan
Adapun sarana kedua menuju takwa adalah dengan selalu mengingat nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita. Allah subhanahu wata’ala telah memberikan begitu banyak nikmat, baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari.
Dalam al-Quran Surat Ibrahim ayat 34, Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”
Dalam kitab Taisirul Khallaq karya Imam Hasan al-Mas’udi disebutkan bahwa hendaknya setiap orang selalu mengingat-ingat nikmat dan karunia serta anugerah yang telah Allah berikan kepadanya di setiap keadaan. Zat yang demikian luas karunia-Nya tentu tidak patut ditentang dan didustakan.
Menghargai dan selalu mengingat nikmat Allah akan mendorong kita untuk bersyukur. Salah satu bentuk syukur adalah dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Jangan sampai nikmat yang Allah berikan malah kita gunakan untuk bermaksiat kepada-Nya.
Ingatlah bahwa segala sesuatu yang kita miliki, baik itu harta, kesehatan, maupun keluarga, adalah titipan dari Allah. Dan pada waktunya, kita akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang kita perbuat.
Pembaca yang berbahagia,
Ketiga: Selalu mengingat kematian
Sarana meraih takwa ketiga adalah dengan selalu mengingat kematian. Kematian adalah kenyataan yang pasti akan datang kepada setiap makhluk.
Dalam al-Qur’an Surat Ali ‘Imran ayat 185, Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu.”
Mengapa mengingat kematian sangat penting dalam mencapai takwa?
Karena dengan mengingat kematian, kita akan selalu berhati-hati dalam berbuat. Kita akan lebih fokus pada amal-amal yang bermanfaat sebagai bekal untuk akhirat, dan menjauhkan diri dari perbuatan dosa yang bisa merugikan kita di akhirat nanti.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, dalam hadits riwayat at-Tirmidzi nomor 2307,
“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan, yakni kematian.”
Kematian disebut sebagai “pemutus kelezatan” karena kematian menghentikan segala bentuk kenikmatan dunia. Orang yang sering mengingat kematian akan lebih waspada dalam hidupnya, tidak terbuai oleh hawa nafsu, dan lebih berhati-hati dalam setiap amal perbuatannya.
Selain itu, Kematian juga menyadarkan kepada kita bahwa dunia ini hanyalah tempat singgah sementara, dan kehidupan yang sesungguhnya adalah di akhirat.
Marilah kita sama-sama terus mengingat-ingat akan kematian. Karena kematian adalah pintu gerbang menuju kehidupan yang kekal, dan itu akan datang kepada kita kapan saja, tanpa pemberitahuan.
Oleh sebab itu, marilah kita senantiasa menjaga amal kita dan terus bertakwa kepada Allah. Kita memohon kepada Allah agar ketika saatnya tiba, kita dipanggil dalam keadaan beriman, bertakwa, dan husnul khatimah. Aamiin ya rabbal ‘alamin.
Pembaca yang berbahagia,
Demikian yang dapat disampaikan tentang tiga sarana meraih takwa. Pertama, Menyadari siapa dirinya, kedua: selalu mengingat-ingat nikmat, karunia, dan anugerah yang telah Allah berikan. Ketiga, selalu mengingat kematian.
Marilah kita berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga kita menjadi bagian dari orang-orang yang beruntung yaitu orang yang selalu berada dalam naungan, ampunan, dan rida-Nya. Di samping itu, semoga kita juga termasuk orang yang bertakwa, dijauhkan dari segala musibah, baik di dunia maupun di akhirat.
Pewarta: A.Erolflin
Editor: Firman