JAMBI – Hari ini, tim penilaian Kampung Bersih, Aman dan Pintar (Bantar) digelar se-Kota Jambi.
Tim penilaian kampung Bantar ini dibagi dalam 6 tim yang masing-masing akan menilai kampung Bantar sesuai yang telah ditetapkan pada tim masing-masing.
“Tim penilai terdiri dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jambi, Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA), PMI, Satpol PP, Dinas Lingkungan Hidup, TNI dan Polri,” kata Yuniarti,S.Sos Kepala Bidang PH dan PP DPMPPA yang sekaligus menjadi ketua tim penilaian untuk 7 rukun tetangga ketika diminta keterangannya saat di lokasi rukun tetangga 21, Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Paal Merah, Kota Jambi yang juga dihadiri oleh Lurah Ekajaya, Abdul Salim dan Ketua RT 21. Selasa (4/8/2020).
Yuniarti menambahkan, dalam hal ini kriteria penilaian mencakup 3 (tiga) aspek dari Kampung Bantar yakni yang pertama, Bersih yang artinya masyarakat di rukun tetangga dapat memilah dan mengelola sampah yang ada di lingkungan mereka untuk dapat dimanfaatkan.
Kedua, Aman yang artinya di wilayah rukun tetangga tidak ada lagi terjadi tindak kriminal atau tindak kekerasan maupun pencurian. Untuk menjaga hal tersebut maka akan di jadwalkan pengaktifan poskamling di lingkungan rukun tetangga.
” Dan pintar dalam arti tidak ada lagi anak di masyarakat lingkungan rukun tetangga yang tidak bersekolah atau buta huruf alias harus melek huruf lah,” ujarnya.
Ditambahkannya, dari hasil penilaian tersebut nantinya akan muncul kampung Bantar yang masuk dalam nominasi kampung Bantar Terbaik.
“Dengan terpilihnya kampung Bantar yang terbaik, maka kita akan memberikan apresiasi dengan kategori sebagai berikut ;
Kategori besar, kita berikan apresiasi senilai 10 juta rupiah, kategori sedang senilai 7,5 juta rupiah dan kategori kecil dengan nilai 5 juta rupiah,” ujarnya.
Lanjutnya, tujuannya adalah agar masyarakat rukun tetangga menyadari pola hidup Bantar dan dapat melanjutkan Bantar (Bersih, Aman dan Pintar) dalam keseharian hidup mereka, artinya kehidupan tersebut dapat menjadi suatu kearifan lokal, budaya dan menjadi suatu kebiasaan hidup.
“Ya, kalau dinilai dari apresiasi yang diberikan sebenarnya kan tidak setimpal dengan apa yang telah mereka lakukan selama ini, selain pengorbanan juga biaya yang tidak sedikit,” tutupnya.
Reporter : Harvery
Editor : Firman