JAMBI, Beritategas.com – Kedekatan Allah dengan hamba-Nya dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam beberapa ayat, di antaranya QS. Al-Baqarah: 186, QS. Hud: 61, QS. Saba’: 50, dan QS. Al-Waqi’ah: 85 QS. Qaaf: 16,
Pada kesempatan ini, ust. Umar mengkaji Kedekatan Allah dengan hambanya dari tafsir QS. Al-Baqarah: 186 dalam pengajian rutin setiap Ahad minggu pertama awal bulan di Masjid Baitul Makmur, perumahan Villa Karya Mandiri, Mendalo Darat (02/03/2025).
Saat ini kita berada di bulan Ramadhan, endingnya dari ibadah puasa yang kita tunaikan tentunya mengharapkan pahala dan kedekatan dengan sang pencipta, Allah subhanahu wa ta’ala.
Ketika kita dekat dengan makhluk saja betapa bahagianya kita dan betapa mudahnya urusan-urusan kita. Begitu juga betapa dekatnya kita dengan keluarga, istri, anak-anak, suami, orang tua kita, bahkan cucu-cucu kita. Itu luar biasa.
”Allah menyatakan bahwa Allah dekat dengan hamba-Nya, terutama dalam mengabulkan doa. Kemudian Allah mengabulkan permohonan orang yang berdoa kepada-Nya, asalkan mereka memenuhi perintah-Nya dan beriman kepada-Nya”.
Selanjutnya, dalam surah QS. Qaaf: 16,
Allah menegaskan bahwa diri-Nya lebih dekat dari urat nadi manusia. Artinya, Allah sangat dekat dengan manusia, sehingga manusia tidak perlu membayangkan jarak pemisah antara Allah dan manusia. Terlebih dekat dengan Allah subhanahu wa taala.”tutur ustadz Umar.
Kemudian ustadz Umar, Lc membacakan Firman Allah subhanala wa ta’ala yang,
Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran. (QS. al-Baqarah: 186)
Adapun makna dari firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam QS. Al-Baqarah ayat 186 adalah ketika kita berdoa memohon pada Allah, niscaya Allah akan mengabulkannya.
Di antara doa-doa yang diijabah oleh-Nya adalah doa-doa yang dipanjatkan pada saat bulan suci Ramadhan, tetapi bagi orang yg sudah dekat dengan Allah pasti ia akan memintanya juga profesional.
Jadi orang yang dekat itu tidak akan seenaknya sendiri.
Ibaratnya, kalau kita sudah dekat dengan orang tua pun ketika kita meminta pada mereka, kita akan meminta dengan cara yang profesional.
Tidak akan meminta sesuatu di luar kemampuan orang tua. Demikian juga ketika kita meminta pada Allah mesti profesional. Pasti kita tidak akan berdoa memohon, “Ya Allah tolong jadikan saya Gubernur”. Ya, kalau menjadi Gubernur dalam sinetron bisa. Tentu kita akan meminta pada Allah hal-hal yang pas bagi kita.
Ustaz Umar, Lc menegaskan bahwa ending kita menjalani ibadah di bulan Ramadhan di samping la’allakum tattaqun juga ada yang lain, yaitu agar kita dekat kepada Allah. Jadi, dengan ibadah Ramadhan ini ending kita adalah merasa dekat dengan Allah. Sebab, kalau sudah dekat dengan Allah, insya Allah kapan pun dan di mana pun kita berada kita tidak akan pernah merasa dalam kesendirian.
Kita harus sudah mulai melatih, apabila kesadaran merasa dekat dengan Allah insya Allah di manapun dan kapan pun kita tidak akan pernah merasa khawatir, karena ternyata sehebat apapun rasionalitas kita untuk menggapai sesuatu, di sana ada qadarullah. Ada ukuran-ukuran Allah yang diberikan pada kita, tetapi bukan berarti kita harus pasrah, melainkan perlu ada ikhtiar yang dilakukan.
Sikap seorang muslim adalah tetap terus berdo’a karena Allah begitu dekat pada orang yang berdo’a.
Boleh jadi terkabulnya do’a tersebut tertunda. Boleh jadi pula Allah mengganti permintaan tadi dengan yang lainnya dan pasti pilihan Allah adalah yang terbaik.
Ditambahkan ustadz Umar, “Saat seorang hamba sangat dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang sujud, maka banyak-banyaklah berdoa pada saat itu, apalagi saat bulan Ramadhan seperti sekarang ini ” tutupnya.
Pewarta: A.Erolflin
Editor: Firman